Di daerah asalku NTT, Nasib Tidak Tentu, Nanti Tuhan Tolong, dan sederet pelesetan satire lainnya untuk Nusa Tenggara Timur, adalah jenis manusia yang tidak masuk dalam klasifikasi sosial. Tapi manusia jenis ini masuk klasifikasi mistik sebagai manusia setengah setan. Mereka manusia, tetapi bila hari telah senja malam hari pun tiba (seperti lagu, ya...), mereka akan bergentayangan mencari mangsa manusia lainnya layaknya setan pemangsa tubuh, menyelinap sepanjang malam berjelaga, dan dengan kekuatan mistik merenggut jiwa-jiwa yang jauh dari lindungan sang Pencipta. Masyarakat di Jawa barangkali menemukan ciri mistik dan buas ini dalam rupa mak lampir, kuntilanak, wewe, kolor ijo, buto ijo (itu lho, yang di sinetron Tutur Tinular...) dan sejenisnya. Dan kami di NTT menyebutnya SUANGGI. Suanggi ini jadi kata paling ampuh untuk mendiamkan anak kecil yang rewel malam-malam, bahkan siang hari sekalipun. Jangankan anak kecil, bulu kuduk orang dewasa pun berdiri jika mendengar rumor Suanggi sedang beredar di seantero kampung. Jalanan pedesaan pun sepi, api unggun di lingkaran tengah kampung pun padam. Suanggi memang menakutkan! Padahal kisah tentang kehadiran dan korban-korbannya tidak pernah ada bukti nyata, ia mistik sekaligus utopia, antara ada dan tiada, percaya atau tidak ya tetap takut..!! Suanggi tidak hanya sosok menakutkan. Ia juga jadi sosok yang biasa jadi contoh bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Sifat-sifat jelek seperti marah, kalap, serakah, biasanya diasosiasikan dengan sifat Suanggi. Termasuk wajah jelek juga. Hehehe. Anak kecil akan jadi penurut setelah dibilang mirip Suanggi jika ngamuk-ngamuk karena keinginannya tak dituruti. Menyebut orang lain Suanggi bisa mencetuskan perkelahian di antara anak muda. Suanggi rupanya punya kategori juga dalam hubungan sosial. Waduh, paragraf pertama di atas perlu diganti kah?? Ahh, biar sudahh... Ada sebuah kisah lucu bin malu, tentang seorang mahasiswi baru asal NTT bernama Anggi. Pada hari pertama masuk sebuah kampus negeri di Jawa, dia berkenalan dengan teman-teman sesama mahasiswa baru. Ada Sumiaty, Sumarni, Sutedjo, Subagyo, Susilo, Sutinem, dan Su-Su- lainnya yang tentu saja mahasiwa asli Jawa. Anggi bingung, semuanya pakai SU jadi awalan nama. Sambil usap-usap rambutnya yang baru lurus tapi kaku hasil rebonding, dengan malu-malu dia memperkenalkan dirinya, "Namaku SU-ANGGI..!!" Tentu saja tak ada yang tertawa, karena teman-teman Suanggi tidak tahu arti nama itu. Ehh, lalu bagian mana yang lucu dari kisah ini..? Ahh, biar saja to...pokoknya lucu... Kembali ke kisah Suanggi sebenarnya. Hari ini ada kabar paling bikin bulu kuduk berdiri. Ya bulu kuduk orang-orang yang tahu diri terlibat dalam kasus Wisma Atlet tapi sampai harti ini masih aman bersembunyi. Anggi dicekal otoritas imigrasi setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Anggi yang ini bukan dari NTT, beliau dari Manado. Aku belum tahu kisah tentang makhluk sejenis Suanggi di Manado. Juga belum tahu sebutan apa untuk makhluk seperti Suanggi di Manado. Kukira pasti ada, jangan-jangan sama sebutannya, karena logat Manado dan NTT mirip-miriplah. Anggi yang hari ini selalu menyebut-nyebut Tuhan dalam setiap pembelaannya melalui media, termasuk jejaring sosial facebook maupun twitter. Misalnya hari ini setelah berstatus tersangka beliau menulis di akun @SondakhAngelina yang kukutip utuh berikut ini: "Semua akan saya hadapi,sbg WNI yg taat sy siap bekerja sama meluruskan yg sebenarnya.ini bukan akhir dri sgalany,ini adl awal pembuka smua." "This is not THE END, Its just THE BEGINNING.Politics never fair play.cukuplah ALLAH SWT yg mjd Wakilku dlm mghdpi kedzoliman ini. " "Berbicara sj soal Wisma atlet TDK PRNH aplg meminta&menerima! Sakti jg permainan itu u/mengorbankanku." "Setajam2nya&sedalam2nya sy disudutkan,sekuat itu pl tekad sy u/menerjang&menang krn Allah SWT pst menjaga dan membela sy" "Skrg wktuny lbh baik mmbangun ketegaran anak2 menjelang 1thn tnpa ayhny.kami dicoba krn kmi diminta u/lebih dekat padaNYA.innalillahi" Haduhh, tega sekali om Abraham Samad dari ujung selatan Sulawesi menangkap Si Anggi dari Manado. Lupakah beliau bahwa yang beliau zolimi itu adalah seorang tuan putri Indonesia? Well, kalimat barusan bukan dariku, tapi barangkali dari para fans Si Anggi. Saya malah dukung Om Abraham. Karena seperti Suanggi, koruptor itu punya tabiat sama, serakah dan menghisap kehidupan orang banyak. Seperti Suanggi, koruptor itu membunuh bangsa ini, menyelinap di antara gelapnya kondisi bangsa ini. Jadi KPK mengangkap tersangka korupsi di Jakarta sama dengan tua adat di NTT menangkap Suanggi. Hehehe. Si Anggi yang jadi tersangka hari ini tentu saja belum boleh disebut Suanggi, karena belum tentu nanti terbukti bersalah korupsi. Proses masih jauh. Akan tetapi, seperti kebanyakan orang NTT yang disangka Suanggi oleh sesama warga kampungnya, memang tidak pernah ada sistem pembuktian untuk menetapkan dan menghukum seseorang sebagai Suanggi di NTT. Biasanya, Suanggi di NTT akan diarak keliling kampung, jimat-jimatnya dibakar, dan Suanggi-nya dipasung, bahkan ada juga yang dibakar hidup-hidup. Bahkan untuk orang yang diduga Suanggi oleh rumor  di tengah masyarakat kampung pun sudah dicekal status sosialnya. Dia dikucilkan dari pergaulan masyarakat. Tapi Si Anggi banyak fans kok! Hehehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H