Mohon tunggu...
Fian Fian
Fian Fian Mohon Tunggu... Jurnalis - Si vis pacem, para bellum

Qui ascendit sine labore, descendit sine honore

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diplomasi Islam | Menilik Teladan Guru Tanpa Tanda Jasa, Sang Dzun Nurain

29 September 2019   00:54 Diperbarui: 29 September 2019   09:21 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Saba' yang saat itu seorang Yahudi asal Yaman telah bersyahadat dan mulai memainkan perannya guna mengerahkan rakyat agar melakukan pemberontakan. Hal tersebut dikarenakan munculnya perasaan tidak senang dan tidak puas terhadap kepemimpinan Utsman yang merembet hingga ke Kufah, Basrah bahkan Mesir.

 Otak strategi fitnah ini ialah Saba' yang telah menyebarkan surat atas nama Ali, Thalhah dan Zubair yang berisi ajakan kepada rakyat untuk mencongkel Utsman dari amanatnya sebagai khalifah.[3] Hingga tibalah saat dimana orang Badui, Mesir, Kufah dan Basrah tergiur untuk menentang otoritas Utsman yang dianggap telah menyimpang dari norma-norma yang diberlakukan para pendahulunya. 

 Namun, yang terjadi bahwasannya tipu muslihat Abdullah bin Saba' lebih kuat hingga mampu mengerahkan pendukungnya untuk memberontak dan mengepung Utsman. Khalifah yang mendapatkan perlakuan tersebut memilih bersabar untuk menghindari pertumpahan darah antar kaum muslim, meskipun sebenarnya ia mempunyai kewenagan untuk memberikan komando pada pasukannya untuk memerangi Saba' dan sekutunya.

 Akhirnya Pucuk Dicinta, Ulampun Tiba

 Demikianlah cuplikan terbukanya tabir sang pemilik dua cahaya tersebut. Sejarah inilah yang harus kita sampaikan ketengah masyarakat luas. Hal ini dimaksudkan agar setiap individu  mampu memahami bahwasannya tidak mungkin Sayyidina Utsman bin Affan melakukan hal tercela mengingat bahwasannya Rasulullah sendiri meridhai kedua putrinya untuk dinikahkan dengan Utsman yang tentu saja seorang ayah akan memilih yang terbaik untuk menjadi pendamping dunia akhirat putrinya.

 Dengan keutamaan tersebut tentu saja sangat sulit bagi manusia biasa seperti kita untuk menemukan celah aib. Tidak hanya itu, keteladan Utsman yang dahulunya tertutupi oleh berbagai aib yang dituduhkan kepadanya lama kelamaan akan terpatahkan dengan semakin sadaranya umat akan sosok sahabat terpuji Rasulullah. Dari sekian kebaikan yang disematkan padanya, tidaklah cukup untuk mengisahkan akhlak dan jasanya pada kesempatan terbatas ini.

 Sementara itu, pembicaraan kita hingga saat ini, setelah kisah kekelaman sejarah Utsman hanyalah suatu tindakan tidak terpuji terhadap sahabat yang dengan jelas telah diberikan banyak pujian oleh Rasul . Beliau telah melarang kita untuk bersikap tidak sopan kepada mereka terutama Khulafau-r-Rasyidin.[4]

 Maka, mari kita bersatu padu demi membumikan dan menegakkan kembali kebenaran sejarah yang hilang dan tertutupi akibat pemahaman dangkal dari orang-orang dengki yang lebih suka memperhatikan aib orang lain daripada bermuhasabah akan dirinya sendiri.

 Wallahu a'lam bi-s-shawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun