Sang Brilian Bangsaku apa kabar? Kami bangsa Indonesia berharap kepulanganmu untuk membangun Negeri kita yang tercinta ini. Negeri ini lelah teramat sangat rasanya yang tak berkesudahan berbagai masalah yang datang silih berganti tiada henti-hentinya. Melihat kondisi yang ada, kami yang ada disini belum mampu rasanya untuk menyelesai kondisi yang teramat sangat pelik ini. Mungkin dengan kepulanganmu dapat membawa angin surga penyejuk hati rakyat Indonesia. Kamipun disini suka memaksakan diri tuk menyelesaikan masalah bangsa ini, yang seolah olah kami mampu, tapi ternyata kami tidak memiliki kemapuan untuk itu. Hanya keinginan kepentingan sesaat sajalah yang memaksa diri kami untuk menyelesaikan berbagai masalah bangsa, padahal bukan bidang dan kapasitas kami. Yang kami miliki hanyalah ego belaka. Kami belum paham menempatkan sesuatu pada tempatnya dengan baik.
Sang permata bangsaku, apakah kami telah menghubungi kau disana dan mengajak kalian tuk membicarakan berbagai masalah bangsa kita tercinta ini? apakah kami sering berkomunikasi dengan kalian disana? Mungkin kami belum bisa dan terbiasa dengan kalian yang brilian tuk berteman. Kami takut kehebatanmu mengalahkan kami, sehingga pamor kami turun di mata masyarakat Indonesia. Kami di sini baru sebatas jago-jago kandang saja. Kami belum mampu berfikir jauh kedepan seperti kalian-kalian. Sehingga kami tidak mau mengajak kalian berbicara masalah bangsa dan Negara kita yang masih dilanda jamur-jamur masalah. Kami masih takut memfasilitasi kalian disini. Takut kehilangan pamor kami. Kami tak ingin ada yang lebih hebat dari kami di negeri ini, kami ingin masih lama berkuasa di negeri ini. kami akan patahkan tunas bari yang ada disini sebelum berkembang. Tidak ada yang boleh lebih di atas kami disini selain kami.
Biarlah nasib bangsa ini berkepanjangan seperti ini, yang penting kami yang berkuasa. Hutang luar negeri kami makin banyak, korupsi meraja lela, nilai-nlai pancasila yang kami harapkan untuk mewujudkan cita-cita besar bangsa kami, kami injak-injak sendiri. Kami menyadari itu tapi kepentingan sesaat kami lebih penting di atas segalanya. Kami tidak ingin kami kehilangan kepentingan karena ulah-ulah kalian-kalian yang brilian. Kami biarkan masyarakat Indonesia menangis menahan pilu kesedihan dan kesakitan dan ketakutan karena ulah kami. Yang penting kami berkuasa selamanya. Kami bentuk koloni-koloni kami sendiri untuk mempertahankan kekuasaan itu dengan tertata rapi.
Kalian janganlah bersedih hati karena ulah kami ini. Kami tidak menganggap keberadaan kalian dan tidak menyadari kalian itu adalah brilian bangsa kami yang diciptak Tuhan untuk rakyat Indonesia. Kadang kami meyadari bahwa kalian kami butuhkan disini. Tapi, ego kami lebih tinggi tak mau mengalah. Tidak mau mencari solusi agar kalian kami fasilitasi disini di negeri ini. Belum saatnya, tiba saatnya kalian akan kami sambut kedatangan kalian dengan karpet merah, dan kamipun menjemput kalian anak manis. Kalian adalah brilian-brilian bangsa ini, kalian diutus oleh Tuhan untuk terlahir disini untuk menciptakan surge disini. Janganlah berkecil hati, tetap tenanglah disana untuk sementara waktu. Kami akan datang menyemput dan menggendongmu pulang kesini. Tetaplah berkarya disana, di sini nanti saatnya akan tiba. Kebrilianan kalian harus tetap dijaga dengan Ketuhanan kalian, sehingga kebrilianan kalian tetap abadi dan jaya. Semoga kalian sukses selalu disana, disana kalian kami titipkan untuk sementara waktu. Dan untuk saat ini kalian belum cocok untuk disini. Akan tiba waktunya suatu saat nanti. Amiiin.
Ketapang, 2 Mei 2014
Pendiri dan anggota I-4
Prof Dr. Iwan Jaya Aziz dari Cornell University
Prof Dr Ken Soetanto dari Waseda University
Dr. Juliana Sutanto dari Eidgenössische Technische Hochschule Zürich (ETH Zurich)
Dr. Yow - Pin Lim dari Brown University