Mohon tunggu...
fiagracia
fiagracia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka berenang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gambaran Kadar Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 50 Gram dan 100 Gram pada Ibu Hamil

19 Januari 2025   19:17 Diperbarui: 19 Januari 2025   19:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Diabetes Melitus Gestasional: Definisi dan Dampak pada Kehamilan
Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronis yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin. DM terbagi menjadi
beberapa tipe, termasuk diabetes melitus tipe 1, tipe 2, gestasional, dan lainnya. Diabetes
melitus gestasional (DMG) adalah bentuk gangguan toleransi glukosa yang pertama kali
terdeteksi selama kehamilan. Kondisi ini umumnya terjadi pada wanita yang sebelumnya
tidak terdiagnosis diabetes, tetapi menunjukkan peningkatan kadar glukosa darah selama
masa kehamilan. DMG menjadi isu penting dalam kesehatan masyarakat karena memiliki
dampak langsung pada kesehatan ibu dan janin, termasuk risiko komplikasi selama dan
setelah kehamilan.


Prevalensi dan Risiko Komplikasi
DMG diperkirakan terjadi pada 2–4% kehamilan, dengan prevalensi 1,9–3,6% di Indonesia.
Wanita dengan DMG memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi diabetes
melitus tipe 2 dalam 5–10 tahun setelah melahirkan. Selain itu, DMG juga meningkatkan
risiko komplikasi pada neonatus, seperti hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia.
Makrosomia terjadi akibat peningkatan sekresi insulin pada janin yang merangsang
pertumbuhan berlebihan. Secara fisiologis, DMG melibatkan kombinasi gangguan reaksi dan
pengeluaran hormon insulin yang tidak memadai. Risiko jangka panjang ini menjadikan
DMG sebagai perhatian khusus dalam pengelolaan kehamilan.

 

Gejala dan Faktor Risiko DMG
Gejala DMG sering kali tidak spesifik dan sulit diidentifikasi. Gejala umum meliputi rasa
haus yang berlebihan, sering buang air kecil, penglihatan buram, mulut kering, dan mudah
lelah. Namun, diagnosis tidak dapat dibuat hanya berdasarkan gejala tersebut karena DM
merupakan penyakit multifaktorial yang melibatkan interaksi berbagai faktor. Faktor risiko
utama DMG meliputi obesitas, usia ibu di atas 35 tahun, kurang aktivitas fisik, riwayat
keluarga dengan DM tipe 2, riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg, serta
riwayat melahirkan bayi lahir mati. Selain itu, kondisi seperti sindrom ovarium polikistik juga
berkontribusi pada risiko terjadinya DMG.


Patofisiologi Diabetes Gestasional
Patofisiologi DMG belum sepenuhnya dipahami, tetapi umumnya disebabkan oleh disfungsi
sel beta pankreas yang muncul akibat resistensi insulin kronis. Selama kehamilan, hormonhormon seperti estrogen, progesteron, kortisol, dan laktogen plasenta meningkatkan resistensi
insulin untuk memenuhi kebutuhan metabolik janin. Namun, pada kasus DMG, sensitivitas
insulin menurun signifikan hingga 54% dibandingkan kehamilan normal, sehingga tubuh ibu
tidak mampu menangani lonjakan glukosa darah dengan efektif. Kondisi ini dapat memicu
komplikasi metabolik lebih lanjut yang berdampak pada kesehatan ibu dan janin.


Pemeriksaan dan Diagnosis DMG
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) adalah metode utama untuk mendiagnosis DMG, sesuai
rekomendasi WHO (1994). Pemeriksaan ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tes awal
dengan 50 gram glukosa (tanpa puasa) dan dilanjutkan dengan TTGO 100 gram glukosa jika
hasil awal menunjukkan kadar glukosa plasma >140 mg/dL. Diagnosis positif memerlukan
hasil yang memenuhi minimal dua dari empat kriteria kadar glukosa darah, seperti glukosa
puasa >155 mg/dL atau glukosa darah 2 jam >165 mg/dL. Tes ini efektif untuk mendeteksi
DMG selama kehamilan maupun setelah persalinan. Deteksi dini sangat penting untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut, baik bagi ibu maupun bayi, serta untuk meminimalkan
risiko transisi menjadi diabetes tipe 2 di masa mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun