Disela-sela birunya langit siang
Aku bertekuk lutut menatap tiang
Entah apa yang sedang ku gelisahkan
Rasanya berkecamuk hati & pikiran
Hati memaksa untuk terus maju
Namun otak berbisik "takdir takkan memihakku"
Ku biarkan mereka asyik berperang
Aku hanya ingin melihat siapa yang menang
Lama, akhirnya mataku pun terdedah
Penuh air mata, hati pun turut mengalah
Lebih baik mencoba bersikap biasa
Daripada melawan takdir yang nyata
Istirahatlah wahai hati
Masih banyak yang perlu kau urusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!