Seminggu lalu, pada Grup Buton Raya yang berada di media sosial facebook, seorang facebooker yang punya nama pena “Dewa Gilang” memposting sebuah catatan berjudul 'Saya Malu sebagai Orang Buton!'. Sontak, Postingannya mendapat perhatian cukup hangat oleh publik media tersebut. Atau boleh dibilang “kontroversi”.
Sampai tulisan ini saya buat, setidaknya terjadi perbedaan pendapat dalam forum diskusi itu yang kemudian memicu terjadinya debat. Disatu sisi sebagian Faksi menolak kebenaran isi tulisan Dewa Gilang. Sebaliknya sebagian lain menerima tulisannya sebagai sebuah kebenaran.
Mungkin memantik sebuah tanya, Apa sesungguhnya isi atau muatan catatan Facebooker yang mengaku sebagai perantau asal Buton ini? Apa juga yang telah membuat publik Grup itu sontak membicarakannya dalam kerangka Pro dan Kontra?
Berikut Catatan Dewa Gilang Pada Grup Buton Raya di facebook :
Saya Malu sebagai orang Buton!
“Buton adalah sebuah daerah yang tidak saja dikenal sebagai negeri para sapati, negeri para resi tetapi juga dikenal sebuah daerah yang memancarkan pesona eksotis sumber daya alam yang terkandung didalam pulau ini. Siapa yang tidak bangga bisa terlahir di pulau ini? Namun kebanggaan itu sepertinya redup ketika kita menyaksikan bagaimana para investor-investor asing mengekplorasi dan mengeksploitasi SDA negeri ini semaunya mereka. SDA tersohor di Buton seperti aspal (misalnya) seharusnya menjadikan Buton sebagai daerah yang maju, atau minimal, tidak ada stigma miring dipublik bahwa Kita (Buton) yang kaya raya dengan hasil aspal, tetapi ironis, jalan-jalan di hampir seluruh daerah Buton seperti tidak mencerminkan daerah ini adalah daerah yang kaya dengan tambang aspal. Sudah menjadi rahasia publik Buton bahwa kekayaan negeri Buton telah dikuasai oleh investor asing yang tidak peduli atau boleh saya katakan mereka (para investor dan orang-orang yang mendukungnya) itu tidak tahu berterima kasih, tidak membalas budi. Fenomena Jalan-jalan berlobang, Buton perantauan seperti kami ini hanyalah beberapa ironi bahwa “Ada yang salah dari negeri kita (Buton).”
Wahai yang hatinya masih terselip harapan, Wahai yang akalnya untuk mencari kebenaran, Wahai yang suaranya untuk perubahan,
Saya Malu sebagai orang Buton!
(Tanggapan atas pendapat yang mengatakan bahwa “Buton makin maju dan tidak ada kemiskinan Struktural di Buton” )
(sumber https://www.facebook.com/notes/dewa-gilang/saya-malu-sebagai-orang-buton/1377183405877909)
Saya adalah salah satu facebooker dalam grup yang Dewa Gilang jadi Trending Topic pada Grup tersebut. Beberapa kali saya juga ikut terlibat menanggapi catatan bang Dewa. Saat itu saya pada posisi menilai catatan bang dewa berkesesuaian dengan kenyataan, yang juga diikuti oleh sebagian facebooker lain. Namun tak lama berselang Kritikan pun muncul dari salah satu facebooker, yang juga ikuti oleh sebagian yg lainnya. Maka Perdebatan argumentatif tak terelakkan. Selengkapnya (lebih baik) simak perdebatannya di (https://www.facebook.com/groups/182030075144825/).
Pada akhirnya terjadi debat kusir dan “deadlock”.
Saya kemudian menutup komentar dengan kalimat yang agak panjang, yang intinya mengajak publik grup itu agar menelaah dengan pikiran dan hati yang jernih dari awal diskusi berlangsung.
Tafsir atas Catatan Dewa Gilang