Mohon tunggu...
Fhathia Avisha
Fhathia Avisha Mohon Tunggu... Dokter - a lifelong learner🌻
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

sharing random insights through my writing 📝

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hipertensi: "The Silent Killer"

17 Mei 2022   17:56 Diperbarui: 30 Mei 2022   13:12 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: dr. Dezy Dwi Putri Aldelya, dr. Fhathia Avisha

Penyakit hipertensi hingga saat ini masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana nilai tekanan darah melebihi nilai normal. Menurut JNC VII seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140 MmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 MmHg mmHg pada pada pemeriksaan yang berulang di klinik atau fasilitas layanan kesehatan. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hipertensi primer atau essensial dan hipertensi sekunder.

Hipertensi sering disebut penyakit "the silent killer" karena seringkali penderita tidak merasakan gejala apapun. Jika dalam kondisi penyakit yang sudah lama dan dalam kondisi terjadinya krisis hipertensi, pada penderita dapat ditemukan gejala yang bervariasi. Gejala-gejalanya meliputi sakit kepala, pusing berputar, berdebar-debar, nyeri dada, penglihatan kabur, tubuh melemah, mimisan, dan gangguan kesadaran.

Menurut WHO, pada tahun 2011 terdapat satu milyar orang didunia menderita hipertensi, dan dua pertiga penderitanya berada di negara berkembang. Kejadian hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, diprediksi tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Hipertensi menyebabkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun dan 1,5 juta kematian terjadi di asia tenggara, yang sepertiga populasinya menderta hipertensi.  Berdasarkan riskesdas tahun 2007 prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 31,7 % pada umur 18 tahun ke atas. Berdasarkan jenis kelamin tahun 2007 maupun tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.

Kejadian hipertensi sangat berkaitan dengan berbagai faktor resiko. Faktor resiko hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, keturunan (genetik). Faktor risiko lain yang dapat diubah yaitu kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik  Penyebab terjadinya hipertensi merupakan interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.

Penanganan hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan, komplikasi dan kematian akibat hipertensi. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) akan menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung dan otak, bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat terapi yang optimal.

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Terapi obat-obatan hipertensi dimulai bila pada penderita hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah lebih dari 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada penderita hipertensi derajat >2.  Pengobatan dimulai dengan obat tunggal atau kombinasi obat yang cocok bergantung pada keparahan dan respon penderita terhadap obat. Beberapa golongan obat hipertensi antara lain golongan diuretik, Penyekat Beta (Beta bloker), Penghambat angiotensin converting enzim (ACE-inhibitor) dan Angiotensin reseptor bloker (ARB) dan Golongan calcium cannel bloker (CCB).

Tatalaksana non farmakologis yang dapat dilakukan dengan cara modifikasi faktor resiko dengan menerapkan pola hidup sehat. Pola hidup sehat yang dianjurkan untuk mencegah dan mengontrol hipertensi adalah dengan cara menerapkan gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak, mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal, gaya hidup aktif dan olah raga teratur, stop merokok dan konsumsi alkohol.

Hipertensi dapat kita cegah dan obati hingga tekanan darah terkontrol mencapai normal. Mari bersama-sama kita cegah hipertensi si "silent killer" mulai dari diri sendiri.  Menerapkan pola hidup sehat dan pemberian terapi obat-obatan yang tepat dan teratur akan memberikan prognosis yang lebih baik pada penderita hipertensi.

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun