Mohon tunggu...
Fauziah Chairunnisa
Fauziah Chairunnisa Mohon Tunggu... -

May 20th 1994.\r\nDalam hidup terkadang kita tidak perlu terpaku pada satu tujuan. karena intuisi warna menceritakan hidup ini punya aneka warna yang tidak perlu kamu pilih tapi kamu harus coba. Karena dengan itu kamu dapat menemukan apa itu 'kenyamanan'

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Vain of Regrets

21 November 2010   14:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:25 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

cerita ini bukan cerita yang asing lagi, beberapa kali saya mendengar cerita ini dari guru saya, dan mungkin kalian juga pernah mendengarnya. cerita ini bagi saya sangat berkesan, saya menyukai

sebagaimana biasanya seorang anak kecil bertingkahlaku , anak ini pun sama halnya seperti yang lain. dia senang bermain bersama teman - temannya, berlarian, berkejaran. sampai pada suatu hari, anak ini hanya bermain didalam rumah dengan mainan - mainannya saja. hingga akhirnya dia merasa bosan dan menghampiri ibunya yang sedang membuat kue di dapur.
" apa yang sedang mama buat? " tanya anak ini dengan suara kekanakannya.
" mama akan membuat kue untuk ulangtahun ayah besok, " jawab san ibu.
" boleh aku bantu ma? " tanya anak ini lagi.
" tidak usah, kamu main saja sana "
kecewa dia mendengar jawabannya ibunya. tapi ia tidak putus asa sampai disitu, " aku akan membantu mama membuat kue!! " ucapnya riang.
sang ibu berusaha menahan anaknya itu, tapi akhirnya beliau pasrah dan menyerah. beliau membiarkan saja anaknya memainkan adonan kue itu, beliau berharap semoga tidak terjadi sesuatu. tapi harapannya meleset, ketika ibunya sedang menyiapkan oven untuk membakar, tiba - tiba sang anak menyenggol loyang yang telah terisi penuh oleh adonan kue, alhasil loyang itu jatuh dan dalam sekejap adonan itu telah berceceran di lantai. sang ibu marah bukan main. dia tarik anaknya, dia pukul bokong anaknya. " AMPUN MAMA, AMPUN MAMA " teriak anaknya. tetapi sang ibu tidak peduli. dan akhirnya beliau mengambil sebilah pisau yang biasa dipakai untuk memotong tulang belulang. diarahkannya pisau itu pada tangan anaknya, sebelumnya beliau berkata, " biar saja mama potong tanganmu, biar tidak nakal lagi," pisau itupun memotong tangan sang anak. " SAKIT MAMA! AMPUUUUUUN MA! SAKIT MA, " jerit anak yang tak dipedulikan ibunya. seakan dimasuki arwah setan jahat, sang ibupun berhasil memotong kedua telapak tangan anaknya itu. anaknya terisak. dia telah lelah menangis.
malam datang. anak ini mendekati ibunya yang sedang asik menonton televisi.
" ma... " panggilnya.
" iya nak, " sahut sang ibu.
" ayah belum pulang? "
" ayah akan pulang besok pagi, "
" ma... " panggil anak ini lagi.
" iya nak... "
" aku mempunyai hadiah untuk ayah besok, " ucap sang anak sambil tersenyum bangga, " ketika ayah pulang nanti aku akan memeluk ayah, lalu memerikan hadiah itu padanya. tetapi...... "
ibunya menoleh, " tetapi kenapa sayang? " tanya ibunya.
" bisakah mama kembalikan tanganku semula lagi? " tanya anak ini polos sambil mengulurkan tangannya yang tadi dipotong oleh ibunya.
ibunya tersentak. lalu beliau menunduk menahan pilu. airmatanya menetes. dipeluknya sang buah hati. tak mampu lagi beliau berkata.
" ma aku janji aku tidak akan nakal lagi, aku akan jadi anak yang penurut, aku janji ma " ucap sang anak.
semakin erat ibunya memeluk anak ini. beliau sadar, tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk ini, tak ada hal lain yang bisa mengembalikan semuanya seperti sedia kala, penyeselanpun hanya sia sia. akhir kata beliau hanya mampu mengatakan " maafkan mama anakku..... "

cerita ini mungkin bukan cerita yang menarik. tapi dari cerita ini saya mendapat pelajaran bahwa dalam hidup kita harus memiikirkan sebab akibat yang akan timbul dari apa yang telah dan akan kita lakukan baik untuk diri kita maupun orang lain :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun