Mohon tunggu...
Dedi Eka
Dedi Eka Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yang Tinggal Hanyalah Angin Surga

6 Maret 2018   20:13 Diperbarui: 6 Maret 2018   20:15 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki tahun-tahun terakhir masa jabatan, janji-janji Presiden Jokowi ketika kampanye 2014 lalu kembali ditagih realisasinya. Publik bertanya dan menunggu kapan janji-janji itu terwujud. Yang sedang ramai di laman twitter, yakni mengenai janji listrik 35 ribu MW yang dijanjikan pada Mei 2015 lalu. 

Realisasinya? Diberitakan jakartapost.com, dari 35 ribu MW yang menjadi target, hingga saat ini realisasinya masih menyentuh angka 3,8 persen. Tiga tahun setelah dicanangkan program ini baru menyentuh angka yang sekiranya masih jauh dari harapan, terlebih ketika masa jabatannya tinggal setahun lagi.

Sebagai warga negara, saya sedikit mahfum ketika janji-janji itu tidak terealisasi. Presiden Jokowi bukanlah dewa. Namun, disayangkan program yang dicanangkan tanpa didasari perencanaan yang matang. Pasang angka yang bombastis, lalu boom! pada akhirnya tidak tercapai dan anti-klimaks.

Bukan masalah listrik saja, di samping itu banyak janji-janji yang nyatanya belum menyentuh kenyataan. Berkaca pada yang belakangan ini sedang ramai, yaitu melemahnya nilai tukar rupiah, pertumbuhan ekonomi yang tak kunjung menyentuh target, proyek-proyek strategis yang belum tercapai, dsb.

Menurut saya, presiden boleh sedikit ambisius(malah harus ambisius), namun ia juga harus pintar mengukur, sehingga mampu diterima logic, apakah program ini tercapai atau tidak. Akan tetapi, yang terjadi selama ini tidaklah demikian. 

Selama ini, bisa disimpulkan semua perencanaannya tidak matang dan buru-buru, sehingga dalam penerapannya tak pernah mencapai target. Bahkan, ada yang mengatakan memimpin dengan gaya koboi. Ya, sah-sah saja jika ada yang berpendapat seperti itu. Namun, yang menjadi permasalahan adalah ketika sanggahannya tidak substansial.

Nah, menyinggung substansial, rasanya saat ini presiden lebih disibukkan dengan hal-hal yang jauh dari nilai substansi seorang kepala negara. Begitu pun yang dilakukan oleh para fans presiden yang sangat sensitif ketika dikritik. Sayangnya lagi, substansi dari kritik itu menjadi hilang ketika menyerang secara personal, tanpa mendiskusikan kritik itu sendiri. Hingga akhirnya hanya menghabiskan waktu mencaci-maki tanpa adanya solusi. 

Saya rasa janji-janji yang telah digaungkan presiden selama ini telah berubah menjadi angin-angin surga. Mungkin lima tahun tak cukup waktu buat presiden dan butuh lima tahun lagi. Ya, itu tergantung dari kita sendiri sebagai masyarakat akankah memberi mandat atau tidak. Penentuannya pada tanggal 19 April 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun