Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang terjadi karena asupan gizi yang kurang dalam rentang waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Selain itu, stunting juga dapat terjadi karena tidak terjaganya kebersihan lingkungan dan buruknya fasilitas sanitasi serta air bersih. Stunting menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan fisik maupun kognitif pada anak dan dampaknya dapat bertahan seumur hidup serta memengaruhi generasi selanjutnya.
Berdasarkan kemkes, pada tahun 2022, tingkat prevalensi stunting di Indoensia adalah 21.6%. Meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, prevalensi stunting di Indonesia masih lebih dari 20% yang dikategorikan sebagai kronis oleh WHO. Tingginya prevalensi stunting dapat diatasi dengan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan, mendampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat, dan terus memantau tumbuh kembang anak dengan mendatangi posyandu secara rutin. Selain itu, stunting juga dapat diatasi dengan program PMT atau Pemberian Makanan Tambahan yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi anak serta mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapai status gizi dan kondisi gizi yang sesuai dengan umur anak.
Sebagai upaya intervensi peningkatan prevalensi stunting di Indonesia, kami Tim II KKN Universitas Diponegoro Tahun 2023 melaksanakan program kerja berupa sosialisasi dan pelatihan kader posyandu Desa Klampok dalam pembuatan PMT tinggi protein berbahan dasar telur dan ikan. Program ini bertujuan untuk memberdayakan kader posyandu sebagai penggerak utama dalam pelaksanaan kegiatan posyandu khususnya pada pencegahan dan penanganan kasus stunting.
Program ini dilaksanakan pada 21 Juli 2023 di salah satu kediaman kader posyandu yang berlokasi di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Kegiatan sosialisasi diawali dengan penjelasan mengenai “Telur Sebagai Salah Satu Sumber Protein Hewani Untuk Mendukung Pertumbuhan dan Perkembangan Anak”, yang menjelaskan mengenai kandungan gizi telur serta manfaat telur untuk tumbuh kembang anak. Selain telur, dijelaskan juga sumber protein hewani berupa ikan melalui pemaparan meteri “Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan” yang mengkaji kandungan nutrisi serta manfaat ikan lele untuk balita. Pemaparan materi berlangsung secara interaktif dengan peserta bertanya kepada pemateri mengenai telur dan ikan sebagai sumber protein.
Setelah dilakukan sosialisai, dilaksanakan demonstrasi pembuatan PMT berupa telur gulung ikan lele yang diawali dengan menyiapkan alat dan bahan berupa nasi, telur dadar, ikan lele fillet, garam beryodium, mayones, wortel, timun, plastik, pisau, dan talenan. PMT dibuat dengan mencampurkan ikan lele dan mayones, kemudian meletakkan telur dadar di atas plastik. Setelah itu, nasi diratakan di atas telur dadar, lalu letakan ikan lele serta sayuran di atas nasi. Setelah semua bahan diletakkan di atas plastik, gulung perlahan-lahan menggunakan plastik penggulung. Setelah digulung, ikat kedua ujung plastik lalu didiamkan beberapa saat hingga sedikit mengeras. Plastik kemudian dibuka dan gulungan dipotong sesuai selera. PMT pun siap disajikan. PMT telur gulung ikan lele yang telah disiapkan sebelumnya kemudian dibagikan pada kader posyandu. Setelah itu, acara diakhiri dengan pembagian poster menu PMT serta proteinasi lele dan telur pada tiap pos posyandu.
Melalui program ini, kader posyandu telah diberdayakan dengan meningkatkan pengetahuan mengenai gizi dan PMT tinggi protein berbahan dasar telur serta ikan. Program ini diharapkan dapat mencegah meningkatnya prevalensi stunting di Desa Klampok dan Indonesia sehingga terbentuk generasi muda yang tumbuh serta berkembang secara sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H