Bertahan atau tinggalkan pasangan KDRT adalah hak setiap individu. Apapun pilihannya, pasti ada alasan. Kalau saya? pasti saya tinggalkan! Tiada maaf bagimu. Karena cinta itu tak menyakiti, baik lahir ataupun batin.
KISAH 2 WANITA YANG BERTAHAN :
Ibu A wanita karir, suaminya juga karirnya bagus. Mereka memiliki 1 anak perempuan. Ibu A mengalami KDRT oleh suaminya selama bertahun tahun. Koq kuat bertahan? Alasannya, agar anak tetap punya ayah. Menanti dengan sabar, siapa tahu suami berubah. Karena setiap selesai melakukan kekerasan, si suami meminta maaf sambil menangis. 25 tahun menikah, akhirnya si suami meninggal dunia.
Apa akibatnya pada sang putri? Karena menyaksikan dari kecil bagaimana perlakuan si ayah kepada ibunya. Maka dia punya prinsip tidak akan mau menikah seumur hidup. Takut bertemu laki laki seperti ayahnya. Katanya masa pacaran semua indah , nanti sesudah menikah nasibku akan seperti ibuku. Walau ibunya menjelaskan bahwa masih banyak laki laki penyayang namun dia kepalang tak percaya.
Mbak B, suami WNA dan Β tinggal di Jakarta. Saat mengalami KDRT curhat kepada saya. Photo2 Β babak belur dikasih lihat, sungguh kasihan sekali. Saya sarankan melapor ke polisi. Awalnya B sangat menggebu lalu Β ragu ragu. Setelah itu saya bertanya mengapa? Katanya dia punya anak kecil, takut tak ada yang menafkahi. Keluarga jauh tinggalnya. Akhirnya B kembali kepada sisuami.
Semoga kita semua tak mengalami. Insya Allah menua bersama pasangan hingga akhir nanti. Aamiin YRA.
#violenceisnotok
#kdrtbukancandaan
#stopkekerasanpadaperempuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H