Mohon tunggu...
Fetty fitria
Fetty fitria Mohon Tunggu... -

Lahir di kel,lapadaku,kec. lawa. Muna barat 09/02/1996

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penyakit DBD Mengancam Kita Semua

10 Mei 2017   06:15 Diperbarui: 10 Mei 2017   08:10 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk keperredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegipyti. penyakit ini menyerang semua kelompok umur baik laik-laki maupun perempuan.

Tahun 2015 prevalensi penyalit DBD di Sulawesi tenggara diperkirakan 1.579 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 22 orang (insiden rate/anggka kesakitan =64,7 per 100.000 penduduk dan case fatality rete/angka kematian=14%, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk jumlah kasus DBD 2016 belum di laporkan dalam profil kesehatan 2016.

Berdasarkan konsep Blum derajat kesehatan di tentukan oleh 4 faktor yaitu genetik,pelayanan kesehatan,perilaku dan lingkungan. Penyakit DBD lebih berkaitan erat dengan lingkungan dan perilaku dimana kedua faktor ini sangat besar pengaruhnya. Lingkungan yang kotor akan mempermudah perkembangbiakan vektor nyamuk aedes aegypti, tidak heran sulawesi tenggara tiiap tahun memiliki penderita DBD karena sebagian besar wilayah sulawesi tenggara memiliki kondisi lingkungan yang buruk. Sebagai contoh disekitaran perkotaan dan kampus yang sebagian penduduknya mahasiswa. Sekitar satu bulan yang lalu ( bulan April ) salah satu mahasiswa yang tinggal di kos-kosan menderita demem berdarah dan harus mendapat perawatan di rumah sakit,hal ini menandakan bahwa penyakit DBD betul-betul sudah mengancam kita semua.

Mahasiswa tersebut memiliki lingkungan tempat tinggal yang kotor, dekat dengan rawa-rawa, dekat dengan tempat pembuangan sampah bahkan sampah yang berserakan dimana-mana. Selain itu kota Kendari yang sangat padat penduduknya juga dapat memicu cepatnya penyebaran penyakit DBD,bahkan di sekitaran kampus tidak ada cela sedikitpun untuk bernapas bebas,rumah dan kos-kosan yang berdempet-dempetan membuat kita sulit mendapatkan udara segar,ditambah lagi sampah pembuagan mereka yang berserakan dimana-mana dan sulitnya ditemukan pembuangan sampah umum. Sebenarnaya dinas kesehatan kota sudah menyediakan tempat pembuangan sampah umum di jalan poros,namun tempat ini cukup sulit dijangkau oleh mahasiswa yang tinggal di lorong-lorong kecil dan mereka lebih memilih untuk membuang sampah sembarangan atau mengumpulkanya di salah satu lahan, yang tidak di ambil oleh petugas kebersihan kota, dan sudah jelas sampah tersebut bisa menjadi tempat bertelurnya nyamuk penyebab DBD yang dapat mempercepat penyebaranyanya.

Selain faktor lingkungan diatas perilaku juga sangat berperan penting dalam penularan penyakit DBD ini, misalnya perilaku individu yang tidak melakukan pencegahan sedikitpun seperti mengontrol keberadaan nyamuk pembawah virus DBD atau paling tidak sedapat mungkin menghindari faktor penyebab penyakit demam berdarah ini misalnya dengan menguras bak mandi atau penampungan air,dan membuang sampah pada tempatnya.

Melihat masalah diatas saya sebagai penulis merekomendasikan beberapa solusi untuk mencegah atau menurunkan angka kejadian DBD disulawesi tenggara terutama di kota kendari. Pertama, kita harus melakukan advokasi kepada pemerintah misalnya dinas kebersihan kotaKendari  agar mereka juga menyediakan pembuangan sampah umum di lorong-lorong tempat tinggal mahasiswa dan bersedia mengambilnya setiap saat, Advokasi kepada Dinas penataan kota agar mereka melakukan pengawasan dalam pembangunan bagunan agar tidak terjadi lagi kepadatan penduduk yang bisa memepermudah penyebaran penyakit DBD tersebut. Kedua, Melakukan bina suasan dengan tokoh masyarakat setempat, camat, kepala lurah,mahsiswa yang tinggal disekitan daerah tersebut dan para pemangku kepentingan lainnya, agar mereka mau bekerja sama dan mendukung kegiatan pencegahan penyakit DBD. Ketiga, melakukan pemberdayaan masyarakat misalnya gotong-royong membersihkan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pencegahan DBD memerlukan kesadaran dari diri masing-masing individu dan kerja sama dari berbagai pihak baik itu dari pemerintah maupun masyarakat sekitar. Membersihakan lingkungan dengan rutin,menguras bak mandi,memakai lotion anti nyamik akan menjadi solusi yang tepat untuk mencegah penyakit DBD sejak dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun