M: Lha, hapemu di sita? S1: Iya mbak.. S2: Lha aneh, mau UN kok hp di sita? Kan HP kunci sukses UN!! M: *melongo ---------------------------------------------------------- M: Kamu dah dapet contekan? S: Tenang ajah mbak, dapet hari Minggu besok.. Kita dah bawa 1 juta dari UN sampai ujian masuk sekolah favorit M: Lho, emang siapa yang kasih? S: Guru saya mbak... M: *gubrak... -------------------------------------------------------------------- S1: Lha, makanya saya nggak mau bayar.. Kan sekolah pacar saya dikasih gratisan sama guru.. S2: Kita barter yuk sama kunci ujian masuk sekolah favorit.. M: *ketawa miris --------------------------------------------------------------- F: Lha, murid saya udah punya kunci jawaban dari sekolahnya M: H-2 udah dapet? F: iya.. malah orangtuanya awalnya mau ngebeliin soal.. satu nomor 20ribu... (misal total SD 40 nomor), dikali sendiri aja kali ya.. ------------------------------------------------------------------------ s1: Mbak, aku takut.. Temen yang nyontek nilainya lebih besar M: Lha, tenang aja kamu kan anak cerdas dan pinter di sekolahan S1: Tapi mbak, kalo disalip kan eneg juga... M: *berceramah panjang lebar -------------------------------------------------------------- S1: Iya mbak kalo aku masuk sekolah favorit bakal dikasih mobil M: apapun usahanya? S1: ya -------------------------------------------------------------- Motivasi bocoran kunci atau soal: 1. Semata-mata karena uang. Dihargai berapa juta, anak-anak pada patungan 2. Demi kebaikan sekolah yang bersangkutan. Malu dong kalau ada anak yang nggak lulus atau nilainya jelek 3. Demi gengsi orangtua, beberapa memfasilitasi anaknya 4. Takut kalah sama prestasi temannya yang nyontek 5. Gaul dong, yang lain nyontek bocoran.. masa nggak ikutan... Ah, mirisnya dengan situasi seperti ini.. Dengan kondisi seperti itu, rasanya terbentuk adanya koruptor di masa depan :( Bagaimana dengan nasib bangsa ini??? :( tapi, selain fenomena di atas, ada juga siswa yang kaget.. Nyontek??? kok bisa?? *bertanya dengan polosnya.... atau ada juga anak2 pinter yang PD dengan kemampuannya sendiri... Tapi hanya satu per sekian dari ratusan anak yang saya temui.... Ah, miris rasanya melihat fenomena ini di depan mataku... kenapa harus semata-mata lulus dan nilai bagus tanpa mengidahkan hati nurani dan kejujuran?? Catatan: M: Me F: friend S: Student keterangan tambahan: saya seorang guru bimbingan belajar yang merasa tidak berdaya membentuk sikap anak-anak ajarnya yang sudah terkontaminasi di pergaulan luar.. pun, ketika belajar selalu dimotivasi untuk jujur.. mungkin yang nempel hanya satu per sekiannya =(
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H