Mungkin ini tulisan pembuka saya di tahun 2022, setelah sekian lama saya menutup diri dari dunia tulis menulis. Tahun 2020-2021 merupakan tahun yang membuat saya banyak sekali merasa insecure, overthinking, dan perasaan lainnya yang sering membuat saya merasa gelisah dan kurang puas terhadap pencapaian yang sudah saya lakukan. Masa dimana saya benar-benar mencari selayaknya apa yang saya cari namun juga belum kunjung saya temukan, ya itu adalah passion.Â
Di tahun 2020, saya mendapat kesempatan pelatihan drafter selama kurang lebih 40 hari. Bidang tersebut merupakan hal baru yang coba saya jejaki. Ya waktu itu prinsip yang saya anut, "selagi masih muda, habiskan jatah gagalmu". Sebenarnya kalo boleh diulang, kejuruan itu bukan pilihan pertama yang ingin saya tekuni, karena pilihan yang ingin saya pilih sudah penuh dan tidak menerima kuota lagi. Akhirnya, tidak ada salahnya saya mencoba kejuruan ini. Boleh dibilang bondo nekadlah wkwk. Qodarullah, saya diterima dari sekian test yang dilaksanakan. Singkat kata, 40 hari itu bukan hari yang membuat saya bernafas dengan tenang. Secara pelatihan itu dilaksanakan setiap hari dari senin-sabtu dari pukul 07.00-15.00 wib membuat saya bener-bener harus memutar otak, dimana setiap hari dalam jumlah 40 itu dapat terlampaui dengan baik-baik saja. Awalnya saya kira, kuliah online hanya begitu saja. Ya karen gambaran saya adalah masa awal-awal daring karena korona jadi sistemnya masih belum tertata rapi, berbeda dengan kondisi saya waktu itu. Apalagi dosen saya bener-bener killer, setiap meeting harus oncame dan tugas harus selesai sebelum pukul 12 siang. bener-bener hari yang membuat saya ingin mengeluarkan jurus seribu bayangan hahaha. Untung saja hanya 1 dosen saja yang begitu. Jadi selebihnya saya masih bisa tenang mengikuti materi yang disampaikan. Setiap selesai pelatihan saya mampir sebentar untuk les privat. Kira-kira saya sampai rumah pukul 17.30 wib lah. Sampai pada hari terakhir pelatihan yaitu tes ujian kompetensi dan alhamdulillah hasilnya memuaskan. Satu sertifikat sudah saya kantongi. Lebih-lebih ini mirip dengan cita-cita saya dulu ingin menjadi seorang arsitek, walaupun pada nyatanya arsitek dan drafter adalah dua hal yang berbeda. Paling tidak rasa penasaran saya sudah terpenuhi.
 Sebenarnya sebelum pelatihan drafter itu selesai, pengumuman saya diterima di pelatihan hantaran itu sudah dimulai. Untungnya salah satu dari instansi tersebut mau mengalah. Saya putuskan untuk mengikuti pelatihan drafter sampai selesai baru dilanjutkan pelatihan hantaran. Ceritanya tidak jauh berbeda dengan pelatihan drafter, pelatihan hantaran jauh di luar ekspektasi saya. Awalnya saya mengira, di pelatihan ini setidaknya saya lebih tenang. Secara ini pekerjaan yang biasa dilakukan oleh seorang perempuan. Tidak jauh dari membuat aksesoris, menata, dan melipat. Ternyata keadaannya jauh lebih membuat otak saya lebih berpikir keras, bagaimana saya bisa menjalani pelatihan dan kuliah daring saya dengan waktu yang bersamaan. Tangan melipat handuk, memasang jarum, tapi pikiran saya kapan kuliah ini segera selesai wkwk. Dan sampailah di hari uji kompetensi, lagi dan lagi saya harus banyak bersyukur karena dapat  mengantongi dua sertifikat kompeten sekaligus dan itu semua saya dapatkan dengan percuma.
Karena kuliah saya seperti itu, saya hanya menabahkan hati semisal nilai saya di semester tersebut kurang maksimal. lha wong pancen kuliah ala kadare ..  Ya hasilnya juga tidak terlalu mengecewakan. Saya masih bisa bertahan seperti nilai di semester sebelumnya.Â
Tidak merasa kapok, saya masih melanjutkan perjalanan saya menjelajahi bidang lain yaitu make up haha. Meskipun banyak yang kaget sih karena saya menekuni dunia yang satu ini karena saya bukan tipe orang yang percaya diri menggunakan make up. Benar-benar tidak niat juga dan tidak terpikirkan untuk mencoba bidang ini. Karena merasa sayang dengan alat make up yang sempat dibeli, akhirnya saya mengikuti berbagai workshop atau beautyclass. Dari situ, saya mulai berani menerima tawaran jasa make up mulai dari karnaval, wisuda dan engagement. Di samping itu, saya mulai menjalankan usaha saya di bidang hantaran dan aksesoris yang saya produksi sendiri.Â
Tanpa terasa lama sekali saya tidak melatih kelincahan jari saya menuliskan kata-kata ya walaupun hasilnya masih jauh dari kata layak. Seringkali saya merasa kurang puas terhadap apa yang sudah saya tulis. Merasa kurang dan kurang akhirnya membuat saya tidak telaten dalam menekuni bidang yang satu ini. Ya setiap orang pasti mempunyai prosesnya masing-masing. Satu kalimat yang menancap dalam ingatan saya dari sekian proses yang saya alami di atas bahwaÂ
"Tidak ada pekerjaan yang besar, yang ada hanyalah pekerjaan kecil yang ditekuni" (Anonim)
Apakah yang saya menyesal dengan sederetan perjalanan yang telah saya lalui? Tentu tidak. Tanpa itu semua, cerita hidup saya tidak sepanjang ini. Memulai itu gampang, tapi istiqomah itu yang membutuhkan kesabaran, ketelatenan dan waktu yang panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H