Mohon tunggu...
Feti nurlaily
Feti nurlaily Mohon Tunggu... Mahasiswa - Semoga bermanfaat

Ini saya bukan anda

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tenggelam dalam Peraduan

8 Desember 2019   22:39 Diperbarui: 8 Desember 2019   23:14 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katamu, kita sudah tak ada lagi.
Sejak kau putuskan untuk memilih pergi dengan caramu sendiri.
Lalu aku?
Aku terlalu asyik menjadi pendongeng dengan dongeng-dongeng yang ku ciptakan sendiri.

Katamu, kita tetaplah yang dulu.
Tanpa sekat yang membuat kita terus dekat.
Tanpa dekap yang membuat kita tetap memeluk erat.
Tanpa tatap, bibir saling mengucap.
Nyatanya, ini lebih pahit dari sekedar kopi yang menjadi candumu di petang hari.
Tak semanis gula, yang mempu menjadi penawar pahitmu.

Kau ciptakan celah untuk kita perlahan berpisah.
Tak ada lagi dialog senja.
Cerita, dongeng-dongeng yang ku ciptakan, kau kandaskan begitu saja.
Kini, tak ada lagi cerita tak bertema.

Antaraku dan kamu.
Semua beda.

Senja menenggelamkan sinarmu dalam gelapnya peraduan, hinggi kini kau tak lagi ku jumpai.
Dalam bait-bait semu yang begitu menghantuiku.

Hadirmu kini tak lebih dari sebatas bayangan yang menjadi teman.
Sedang aku, manusia yang kau paksa untuk tuli dan bisu.
Tak ada ruang yang kau batasi.
Hanya saja aku yang akan mati dalam lingkar yang membuatku hidup hanya dalam sebuah ilusi.

Asrama khodijah, 08/12/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun