Pernah dengar tidak kalimat "orang itu (aktivis) lebih sayang binatang daripada kami (manusia)."? Kalimat itu saya dengar dari salah seorang ibu yang tinggal di kampung dalam hutan lindung. Sebuah kalimat opini yang keluar karena mereka tidak paham betul bahwasanya perlindungan terhadap beberapa jenis binatang sangat diperlukan. Merasa tidak disayang atau dirugikan karena salah satu sumber pendapatan mereka adalah dari perdagangan binatang. ** Seorang yang dikenal dengan sebutan Limbad mengizinkan warga untuk mengunjungi ‘Kebun Binatang Mini’ miliknya dengan membayar Rp5.000/2orang. Warga juga sudah mengenal tempat tersebut sebagai kebun binatang kecil di kawasan Aceh Selatan tepatnya di daerah Kandang. Dengan luas area kurang dari 1 hektar hidup berbagai jenis hewan, bahkan beberapa hewan yang langka dijumpai dapat dilihat disini. Sebut saja Beruang Madu dan Orangutan, selain itu terdapat pula Kucing Hutan, Elang, Buaya, Burung Hantu, Lutung, Labi-labi raksasa, Ular Cobra dan Piton. Saya masuk kedalam Kebun Binatang yang terletak diujung kota Kandang dan berada dekat dengan makam seorang Teuku salah satu keturunan Raja Trumon, yakni Teuku Cut Ali. Beberapa orang juga mengenal Kebun Binatang ini sebagai Kebun Binatang Cut Ali. Bau tidak sedap sudah tercium saat memasuki wilayah ini, dan disambut oleh seekor lutung bersembunyi malu dibalik batang pohon besar yang sedang duduk diatas ban dengan tali kuning dilehernya. Takjauh dari itu terdapat 3 ekor beruk yang berada didalam kandang berukuran sekitar 1x2meter. Disini juga terdapat beberapa burung bangau, kura-kura, kukang dan ayam-ayam hutan. [caption id="attachment_257974" align="aligncenter" width="300" caption="Seekor lutung di depan kandang merpati"][/caption] [caption id="attachment_257976" align="aligncenter" width="300" caption="Kandang Beruk (diatas parit)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H