Mohon tunggu...
fery ekopujiono
fery ekopujiono Mohon Tunggu... Guru - Bercita-cita jadi wartawan

Seorang pengajar yang bercita-cita jadi wartawan tapi tidak kesampaian

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Inovasi Ubi Alata dari Desa Badal Pandean: Impian Ubi sebagai Produk Ketahanan Pangan Nasional

3 Oktober 2024   16:10 Diperbarui: 3 Oktober 2024   16:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ubi alata, atau yang dikenal sebagai ubi ungu dan kuning, kini tidak hanya menjadi makanan tradisional, tetapi juga harapan besar bagi ketahanan pangan Indonesia. Di Desa Badal Pandean, Kediri, para petani lokal bersama warga telah mengubah komoditas sederhana ini menjadi produk bernilai tinggi. Melalui berbagai inovasi, ubi alata kini diolah menjadi camilan sehat dan bahan pangan alternatif yang siap bersaing di pasar nasional.

Bersama tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM), yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) DIKTI Tahun 2024, Tri Ana Mulyati beserta tim PKM dan para petani lokal Desa Badal Pandean berkomitmen untuk membawa produk ubi alata ini ke level yang lebih tinggi, tidak hanya sebagai produk lokal tetapi sebagai solusi ketahanan pangan nasional.

bi Alata: Lebih dari Sekadar Makanan Tradisional
Dalam bazar yang diadakan di Desa Badal Pandean pada 21 September 2024 lalu, berbagai produk berbasis ubi alata diperkenalkan kepada masyarakat. Di antaranya:
1. Keripik Ubi Ungu dan Kuning Alata: Camilan yang dibuat dari bahan alami, kaya akan serat dan antioksidan, menjadi pilihan sehat bagi konsumen modern.
2. Snack Bar Ubi Alata: Kudapan praktis, bergizi, dan inovatif yang sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari dengan cara yang sehat.
3. Tepung Ubi Alata: Produk unggulan yang digunakan sebagai bahan dasar berbagai olahan, dari kue hingga makanan tradisional, dan dapat menjadi substitusi tepung terigu yang lebih terjangkau dan bergizi.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan dampak ekonomi bagi para petani, tetapi juga memperkenalkan masyarakat akan pentingnya diversifikasi pangan. Di tengah ancaman krisis pangan global dan fluktuasi harga pangan impor, produk-produk berbasis ubi alata dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Ketahanan Pangan melalui Pangan Lokal
Salah satu tujuan utama dari program ini adalah memberdayakan petani lokal dengan pengetahuan dan keterampilan baru, sehingga mereka tidak hanya menghasilkan bahan mentah, tetapi juga produk olahan yang memiliki nilai tambah. Melalui inovasi dan teknologi, produk ubi alata Desa Badal Pandean telah memenuhi standar yang lebih tinggi, baik dari segi kualitas maupun pengemasan.
Dengan potensi sebagai sumber karbohidrat alternatif yang lebih murah dan lebih sehat dibandingkan dengan beras atau gandum, ubi alata memiliki peran strategis dalam ketahanan pangan. Penggunaan tepung ubi alata sebagai pengganti tepung terigu, misalnya, dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor gandum, serta meningkatkan kesejahteraan petani lokal.

Impian Menjadi Kenyataan
Melihat antusiasme masyarakat dan kesuksesan bazar ini, Tri Ana Mulyati dan tim PKM percaya bahwa produk ubi alata dapat menjadi bagian penting dalam menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan di Indonesia. Kami berharap, melalui dukungan pemerintah dan masyarakat, inovasi ini dapat berkembang lebih jauh dan menjadi contoh bagi desa-desa lain di seluruh Indonesia.

Tim PKM merasa bangga melihat bagaimana desa kecil Badal Pandean melalui Kelompok petani ubi ini telah membuka jalan menuju mimpi yang lebih besar: menjadikan ubi alata sebagai produk unggulan ketahanan pangan nasional. Dengan komitmen dan kerja keras dan dukungan Pemerintah Daerah, produk lokal seperti olahan ubi "Alata" diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi masa depan pangan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun