Mohon tunggu...
Fery maulana Azmi
Fery maulana Azmi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Mahasiswa PBA

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Semangat Bu Galih dalam Melestarikan Roti Tradisional

14 Juni 2024   13:20 Diperbarui: 14 Juni 2024   13:50 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
        Ibu galih penjual roti kembang waru (Foto: pribadi)

Yogyakarta--Seorang Wanita paruh baya kelahiran Yogyakarta menyambut hangat Mentari pagi dengan memulai aktivitasnya. Berbeda dengan ibu-ibu pada umumnya Bu galih dengan usianya yang sudah tidak lagi muda masih semangat untuk mengembangkan bisnisnya. Lahir pada 14 Februari 1965, Bu galih adalah anak pertama dari dua bersaudara. Bu galih ini termasuk orang yang mempunyai tekat kuat dalam melestarikan jajanan tradisional.

Bu galih adalah seorang penjual Roti Kembang Waru di Selokraman, Purbayan, Kec. Kotagede, Yogyakarta sejak tahun 2002. Bu galih memilih untuk usaha ini karena warisan turun menurun dari Nenek dan Kakeknya yang turun juga pada orangtua Bu galih tentunya. Bu galih mulai membuka usaha ini setelah melihat orang tua nya yang sudah lanjut usia dan sakit-sakitan, Bu galih membuka usaha Roti Kembang Waru ini tidak sedirian, melainkan dibantu oleh suami, anak, menantu dan adeknya, tetapi kini adeknya Bu galih juga mempunyai merk sendiri yaitu Roti Kembang Waru Pak Kanthi di daerah Kotagede juga.

Namun, sebelum Bu galih memutuskan untuk melanjutkan usaha orang tua nya, Bu galih sempat berprofesi menjadi penjahit dirumah. Tetapi usahanya sebagai penjahit tidak menghasilkan penghasilan yang banyak. Ia juga mulai tertarik untuk melanjutkan usaha orang tua nya karena telah melihat Ibu dan Budhe nya yang berjualan Roti Kembang Waru dan berpenghasilan yang lumayan banyak karena pesanan Rotinya selalu banyak.

Pada suatu hari Bu galih sempat mengeluh pada suaminya, "Pak, bagaimana ya jika kita tetap seperti ini dengan profesi sebagai penjahit yang pengasilannya tidak banyak dan sudah mempunyai dua anak ?". Di situlah Bu galih dan suami mulai kepikiran dan tertarik untuk melanjutkan, mengembangkan, dan melestarikan usaha orang tua nya Bu galih yaitu Roti Kembang Waru karena, Bu galih melihat Ibu dan Budhenya yang berjualan Roti Kembang waru ini penghasilannya banyak karena sering mendapat pesanan yang jumlahnya bannyak juga.

Maka dari itu di tahun 2002 Bu galih dan suami melanjutkan usaha orang tua nya. Namun tidak sampai situ saja cerita perjalnan Bu galih, di balik sosoknya yang selalu gigih melewati tantangan dan lika- liku yang di lewati. Bu galih mulai berjualan di pasar Kotagede mulai dari harga satuannya Rp. 1.500 hingga sekarang Rp. 3.000. Bu galih juga sempat mendapat banyak saingan, banyak juga pembeli yang bilang harga Roti di Bu galih ini mahal dari penjual yang lain, dan ukura Roti di Bu galih kecil dengan harga yang mahal. Tetapi disitu orang tidak menyadari perihal rasa dari Roti tersebut. Roti Kembang Waru di Bu galih ini memang sedikit mahal dari penjual Roti yang lainnya karena kualitas bahan Roti yang digunakan oleh Bu galih ini tidak sembarangan, rasanya enak, dan lebih lembut dari Roti yang lainnya.

Pada saat awal berjualan Bu galih masih menggunakan alat-alat tradisional mulai dari mengaduk adonan yang masih menggunakan tangan manual, lalu cetakan dan masih menggunakan arang untuk memanggang Roti tersebut. Setelah itu Bu galih memutuskan untuk berjualan di rumah saja. Pada akhirnya lama-lama para pembeli ini sadar bahwasannya Roti di Bu galih ini lebih enak, disitulah Alhamdulillah Bu galih mulai mendapat banyak sekali pesanan. seiring berkembangnya teknologi, anak Bu galih menyarankan untuk membeli mixer yang besar untuk mengaduk adonan dengan jumlah yang lebih banyak, dan membeli oven yang besar. Mulai dari situ usaha Bu galih berkembang hingga sekarang sudah memiliki satu mixer besar dan dua oven yang besar. Dan sekarang dalam kurung waktu satu jam, satu oven bisa menghasilakan sekitar 70 Roti. Pemesanan Roti Kembang Waru ini bisa melewati Instagram dan Whatsapp. Kini Akhirnya Bu galih sering mendapatkan pemesan dengan jumlah yang sangar banyak, bisanya pesanannya untuk acara arisan keluarga, hajatan, dan acara yang lainnya. Bu galih berjualan 24 jam, selagi Bu galih sedang berada di rumah pasti akan menerima pesanan.

Dari penghasilan penjualan Roti Kembang Waru Bu galih kini bisa memenuhi kebutuhan dan kehidupan sehari-hari, penghasilan terbesarnya dalam satu hari dapat Rp. 1.000.000 lebih. Harapan Bu galih selama berjualan ini adalah ingin mempunyai tempat yang luas untuk produksi Roti Kembang Waru ini, dan ingin mempunyai toko sendiri. Pesan dari Bu galih, teruslah melestarikan Roti tradisional ini jangan sampai hilang kapanpun itu, harus tetap ada. Begitulah kisah cerita perjalanan Bu galih yang dengan sangat yakin dengan kegigihannya sampai saat ini sudah bisa mengembangkan dan melestarikan Roti tradisional dan bisa menghidupi kehidupan keluarganya

            Bu galih mengingatkan kita, generasi milenial, untuk menjaga dan melestarikan warisan kuliner kita. "Roti kembang Waru bukan sekadar jajanan tradisional, tetapi juga simbol identitas dan budaya kita. Dengan melestarikannya, kita merajut kembali sejarah kuliner daerah Yogyakarta, mari kita jaga dan kenalkan Roti kembang waru kepada dunia sebagai bentuk cinta pada tradisi." Ucapnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun