Mohon tunggu...
Fery Irawan
Fery Irawan Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Buka Pikiran, Buka Mata, Buka Telinga, Buka Hati, Buka Mulut, dan Bertindak...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malangnya Nasib Anjing (Dogie) di Negeri Kita

22 Maret 2017   11:45 Diperbarui: 22 Maret 2017   11:58 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur saya heran melihat nasib hewan yang malang ini, jika ia dapat berbicara mungkin ada satu kalimat yang ingin ditanyakan kepada manusia 'mengapa aku dibenci?' Di lingkungan tempat saya tinggal terlihat sekali kebencian yang ditunjukkan warga kepada hewan ini, bahkan pemilik-nya kerap menjadi sasaran kebencian. Hal ini terlihat dari papan larangan yang ditancap pada setiap sudut taman yang berbunyi 'dilarang mengembalakan anjing'.

Setiap kali ada pemilik anjing dan anjing-nya sedang berjalan-jalan mengitari lingkungan perumahan tentu ada saja yang mencibir bahkan marah dengan mengatakan 'eh jangan buang kotoran disitu!' - padahal buang kotoran saja belum. Masih belum puas, orang tersebut kerap kali mengikuti dari belakang dan terus menegur sang pemilik anjing. Wajar-kah? Saya melihat bahwa hak asasi seseorang untuk melakukan aktivitas sedang dilanggar atas dasar kepentingan pribadi. Adakah aturan pemerintah yang melarang keberadaan anjing? Lalu, siapa yang membuat aturan demikian?

Hal yang sama juga terjadi pada pemilik anjing lainnya, dimana ia sudah menyiapkan kantong plastik dan serokan untuk mengambil kotoran anjing-nya. Kotoran anjing kemudian dibuang ke saluran pembuangan. Namun teguran masih tetap ia terima bunyinya 'kalau mau buang kotoran suruh anjing-loe beol dirumah' (Kalau anjingnya mau juga saya gak ajak dia keluar rumah - jawab pemilik anjing). Atau teguran lain saat sang anjing kencing, 'oi anjingnya jangan kencing disitu' (kalau kencingnya bisa gue kumpulin juga udah gue pungut - tukas sang pemilik anjing).

Di lain rumah ada pula pemilik anjing yang memutuskan untuk tidak membawa keluar anjingnya, alhasil sang anjing stress dan terus menggonggong. Kegaduhan ini malah berdampak lebih luas, bukan satu warga saja yang terganggu, bahkan warga disekitarnya kerap merasa tidak senang. Larangan warga akan keberadaan anjing juga sering menimbulkan persepsi yang keliru bagi pemilik anjing, ada yang berpikir untuk membiarkan anjingnya terlepas di malam hari, ada yang berpikir bahwa warga sekitar terlalu fanatik dalam arti negatif.

Saya kemudian memutar otak, mengapa mereka tidak senang dengan keberadaan anjing? Ada yang berargumen bahwa ini soal kesehatan dan orang lain mengaitkan hal ini dengan agama. Memang argumen tersebut tidak ada yang salah, mengingat setiap orang memiliki kebebasan yang disertai tanggung jawab. Jika ada masalah seharusnya ada solusi untuk mengatasi perbedaan pendapat. Mengapa tidak menyediakan satu lahan kosong yang diperuntukkan untuk buang kotoran anjing, dan biarkan para pemilik anjing yang merawat kebersihannya. Jika memang terpaksa buang kotoran di pinggir jalan, bukan kah memungut kotoran dan membuangnya di saluran pembuangan sudah cukup? Jika sang anjing kencing, bukankah hujan dan terik matahari sudah melenyapkannya? Jika masih bau, siram saja bekas kencing anjing dengan disinfectant selesai-kan! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun