Kebocoran dokumen dengan klasifikasi "top secret" dari sebuah Firma  Hukum Mossack and Fonseca yang memiliki kantor pusat di Panama dengan cabang tersebar di 40 negara terjadi sekitar bulan April 2016 lalu.
Tak kurang dari 11,5 juta dokumen sangat rahasia terkait 214.000 perusahaan dengan kurun waktu data dari awal 1970 - 2016 di bocorkan oleh peretas yang berhasil mengambil 2,7 terabyte data dari data base firma hukum tersebut, untuk kemudian disebar ke publik.
Bocoran ini merupakan kejutan terbesar bagi industri ekonomi "bawah tanah". Karena begitu banyaknya dokumen yang bocor. Bocoran dokumen yang kemudian dinamakan Skandal Panama Papers ini diinvestigasi dan dianalisis oleh 370 jurnalis dari 76 negara di seluruh dunia.
Mossack and Fonseca adalah sebuah Firma Hukum yang didirikan oleh Jurgen Mossack dan Ramon Fonseca di Manama, Panama sebuah negara di Amerika Tengah.
Kantor hukum ini bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur jasa-jasa perserikatan dan perwalian aset dari suatu perusahaan.Â
Fokus utama dari firma hukum ini adalah perlindungan aset, perencanaan pajak dan properti. Perusahaan ini memiliki lebih dari 40 cabang di seluruh dunia, yang dikenal karena terlibat dalam bocoran dokumen surga pajak Panama Papers ini.
Kenapa ini menjadi skandal karena dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa Mossack Fonseca membantu para pihak untuk mendirikan sebuah perusahaan tanpa kegiatan, tanpa karyawan namun terlihat seperti berjalan dengan aset dan keuangan hanya diatas kertas saja.Â
Semacam perusahaan cangkang (Shell Company) ada cangkangnya saja tanpa isi kecuali catatan keuangan bodong dan legal secara hukum. Hampir seluruh  perusahaan cangkang itu didirikan di wilayah pasifik lebih dari separuhnya didirikan di Kepulauan Virgin Britania Raya dan sisanya di Panama, Bahama, Seychelles, Niue, dan Samoa.
Kebanyakan perusahaan ini dibuat untuk kegiatan ilegal seperti pencucian uang, penghindaran pajak, dan sebagai spesial purposes vehicle Company. Walau tak semua perusahaan itu dibuat untuk tujuan melanggar hukum, tapi potensi pelanggaran hukumnya sangat besar. Atau istilahnya "Legal But Not Ethic".
Terdapat nama 5 pimpinan negara kemudian pejabat negara beserta kerabat dan teman dekatnya dari 40 negara di dunia dalam dokumen Panama Papers tersebut, termasuk beberapa nama beken dari Indonesia seperti mantan Capres dalam Pilpres 2019 lalu, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Nah kejadian ini kemudian di bukukan oleh Jake Bernstein seorang jurnalis peraih hadiah Pulizzer dengan judul "Secrecy World". Buku ini kemudian di adaptasi ke dalam sebuah film  dengan judul "Laundromat" oleh Netflix dengan sutradara Steven Soderbergh, dengan naskah di tulis oleh Scott. Z. Burns.