Teringatnya saya saat kontestasi pilpres 2019 lalu, Faldo Maldini yang saat itu berada di pihak Prabowo-Sandi begitu keras membelanya.Â
Sebagai bagian dari juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) 02, Maldini sangat cekatan membela 02 dan menyerang 01. Saking seringnya berkiprah di garda terdepan BPN, namanya mulai berkibar.
Faldo Maldini saat itu merupakan kader muda Partai Amanat Nasional (PAN), cara berpikirnya lumayan sistematis khas milenial. Boleh lah dijadikan sebagai salah satu calon rising star perpolitikan Indonesia.
Semasa kuliah di Fakultas MIPA Universitas Indonesia, ia merupakan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UI pada tahun 2012. Selepas meraih gelar S1 di UI ia mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan Pasca Sarjana di Imperial Collage Inggris.
Ketika ia melanjutkan pendidikan pasca-sarjana, ia didaulat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK). Sebagai Ketua PPI UK, Maldini memimpin 32 cabang yang dimiliki organisasi itu yang tersebar di berbagai wilayah di Inggris dengan jumlah mahasiswa Indonesia sekitar 1.600 orang.
Kemudian pemuda kelahiran Padang, 9 Juli 1990 ini, mulai berkiprah di dunia politik pada tahun 2018, bergabung dengan PAN dan di daulat menjadi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai.
Ia diberi tugas untuk mengkoordinasi Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Â serta membangun sistem pengkaderan Partai politik yang didirikan oleh Amim Rais ini.
Kiprahnya di politik semakin dikenal publik saat ia ditempatkan partainya sebagai juru bicara di BPN 02 untuk mendukung  kemenangan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.
Nyaris tiap hari ia tampil di TV-TV nasional, berdebat dengan Tim Kemenangan Nasional (TKN) 01 Jokow-Maaruf. Serta mengkampanyekan program -program 02.
Pada saat bersamaan ia pun mendaftarkan diri untuk menjadi calon legislatif untuk DPRRI daerah pemilihan V Jawa Barat, Kabupaten/Kota Bogor. Namun sayang ia tak mampu lolos ke Senayan.
Selepas pemilu 2019 ini kelar, tiba-tiba terdengar selentingan sayup-sayup Faldo Maldini akan menyeberang ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI), lawannya dalam Pilpres 2019.Â