Resmi sudah Kabinet Pemerintahan Jokowi-Maaruf Amin terbentuk. Susunan personalia pemimpin Kementerian ini dinamakan Kabinet Indonesia Maju. Pemerintahan Jokowi  jilid II ini terdiri dari 34 Kementerian ditambah, Kepala Staf Presiden, Sekretaris Kabinet, Jaksa Agung, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Nomenklatur Kementerian pun tak banyak berubah juga, merujuk pada pengumuman yang dilakukan Presiden hari ini, Rabu (23/10/19). Hanya ada 2 nomenklatur kementerian yang berubah, yakni Kementerian Koordinator Bidang Maritim menjadi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi.
Lantas Kementerian Pariwisata berubah menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Artinya Badan Ekonomi Kreatif yang sebelumnya dipimpin oleh Triawan Munaf hilang. Dugaan saya tak banyak berubahnya nomenklatur ini terkait efektifitas kerja para menterinya.
Karena jika berubah akan ada masa untuk beradaptasi terkait anggaran, susunan personalia, hingga urusan gedung kantor. paling tidak dibutuhkan waktu paling cepat 9 bulan agar semua urusan kementerian bisa berjalan.
Mengenai susunan portofolio personalia, ada beberapa yang agak mengejutkan sebetulnya. Memang  setiap keputusan tak akan mampu memuaskan semuanya. Namun saya memperkirakan goncangan cukup besar akan ada di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terlihat sangat primodial dan hirarki birokrat yang sangat kental. Tiba-tiba harus dipimpin oleh Nadiem Anwar Makarim seorang milenials berusia 35 tahun pendiri start-up Gojek yang gaya manajerial berbeda bagai bumi dan langit. Disrupsi akan benar-benar terjadi di Kementerian ini.
Tradisi-tradisi khas Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemendikbud, jika Nadiem membawa konsepnya yang selama ini ia percayai dan  praktekan di Kementerian ini akan ada resistensi lumayan besar.Â
Bukan hanya itu, bagaimana ia akan mengelola tenaga pendidik baik yang organik maupun honorer yang jumlah jutaan orang. Di Gojek mungkin ia mampu mengelolanya namun akan berbeda dengan mengelola ASN yang budaya birokratnya sudah karatan.
Kedua pihak harus beradaptasi agar visi misi Jokowi tentang pendidikan yang diterjemahkan oleh Nadiem sebagai Mendikbud dalam program-programnya harus mampu diserap dan dilaksanakan para birokrat yang ada di kementerian tersebut.
Namun saya rasa Pria kelahiran Singapura, 4 April 1984, yang merupakan anak ketiga pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri.
Akan mampu menyelesaikan semua tantangan ini, namun ia  tak akan bisa mengubah semuanya secara drastis dalam jangka waktu yang pendek, jika itu dilakukan akan terjadi shock, dan hal itu tak bagus bagi sebuah organisasi.
Apakah kemudian Nadiem Anwar Makarim mampu membawa birokrasi Kemendikbud berubah menjadi lebih efektif dan efesien serta agile, atau Nadiem yang terbawa budaya birokrat Kemendikbud? Kita liat nanti. Kita beri ia kesempatan untuk bekerja sambil terus kita awasi.