Hasil mengecewakan kembali dituai oleh tim bulutangkis Indonesia dalam Turnamen Chinese Taipe Open 2019 yang saat ini sedang berlangsung di Taipe, Taiwan. Tak ada satupun wakil Indonesia yang lolos ke final turnamen BWF Super Tour 300 ini.
Bukan kali ini saja prestasi mengecewakan diraih Indonesia di berbagai turnamen BWF, hanya ganda putra yang masih berkibar dibeberapa turnamen, terakhir Hendra/Akhsan berhasil menjuarai Piala Dunia Bulutangkis di Basel Swiss.
Ingat Hendra/Akshan adalah pasangan senior yang usia tak muda lagi. Memang di ganda putra ada 2 pasangan muda Kevin/Marcus dan Fajar/Ryan, walau yang terakhir belum terlalu stabil permainannya. Namun prestasi mereka relatif  lebih stabil dibanding nomor lain.
Ganda putri cuma memiliki Greysa PollyApriyani Rahayu, pasangan pelapisnya memiliki prestasi jauh dibawahnya. Tunggal putra masih tidak stabil prestasinya, Jonathan Christie dan Shinesuka Ginting terkadang bermain bagus sekali tapi disaat yang lain bermain seperti orang yang baru belajar bulutangkis.
Di Ganda Campuran, sepeninggal Butet pensiun, prestasi langsung sepi. Praveen/Melati yang diharapkan jadi suksesornya tak seperti yang diharapkan.
Regenerasi yang diharapkan berlangsung mulus ternyata tidak terjadi. Bibit unggul yang diharapkan muncul dari berbagai turnamen-turnamen kadet dan junior ternyata belum bisa dipetik hasilnya.
Di tengah prestasi bulutangkis yang tengah meredup, kabar buruk kembali menerpa perbulutangkisan Indonesia.
![@zoefick](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/08/img-20190908-201339-5d74fe9b0d82306ece221f92.jpg?t=o&v=770)
Hal ini disampaikan oleh Yoppi Rosimin, Â Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation seperti yang dilansir situs PBDjarum.org. Audisi beasiswa bulutangkis tahun 2019 ini merupakan ajang pamit kegiatan ini "karena di tahun 2020 kita memutuskan untuk menghentikan audisi umum. Memang ini disayangkan banyak pihak, tetapi demi kebaikan bersama kita hentikan dulu, biar reda dulu, dan masing-masing pihak agar bisa berpikir dengan baik," jelas Yoppy di Purwekerto Sabtu (07/09/19) kemarin.
Keputusan PB Djarum ini didasari oleh polemik berkepanjangan yang terjadi beberapa waktu lalu, dimana beberapa pihak yang di motori oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menganggap PB Djarum telah melakukan eksploitasi anak-anak dan ini dianggap pelanggaran serius karena menjadikan anak-anak sebagai brand image produk rokok Djarum. Dalam kegiatan audisi tersebut.
"Kita sudah menjelaskan dan banyak bukti kalau PB Djarum itu bukan produk tembakau, dan tahun lalu pun kita dapat penghargaan sebagai Institusi Olahraga of the Year dari Menpora. Itu bukti nyata kita bukan produk rokok," tambah Yoppy.