Setidaknya 29 orang tewas dan 52 orang luka-luka dalam 2 insiden penembakan masal yang dilakukan secara acak di 2 wilayah dekat perbatasan Meksiko, El Paso, Texas dan Dayton, Ohio  Amerika Serikat (AS) dalam seminggu terakhir.
Insiden penembakan di Texas merupakan kasus penembakan ke 8 yang paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat modern, Â 20 orang tewas dalam kejadian tersebut. 3 hari sebelumnya di Ohio juga terjadi penembakan masal yang menewaskan 9 orang, seperti yang dilaporkan oleh media-media di AS.
Kedua penembakan itu dilakukan oleh dua orang pemuda kulit putih yang berusia masih sangat muda. Keduanya kini sudah ditangkap oleh pihak berwajib AS. Belum terungkap secara jelas motif kedua pemuda itu kenapa mereka melakukan itu.
Insiden penembakan massal seperti yang terjadi di 2 wilayah tersebut kerap kali terjadi di AS. Menurut data Gun Violence Archive sepanjang tahun 2019 saja sudah tercatat 250 kali kejadian, artinya setiap hari terjadi 1,16 penembakan massal Dengan korban tewas 522 orang dan luka-luka mencapai 2040 orang. Wow cukup mencengangkan.Â
Menyikapi 2 penembakan massal yang terjadi, Presiden AS Donald Trump mengutuk keras kejadian tersebut "Negara kita harus mengecam rasisme, bigotri, dan supremasi kulit putih," kata Trump dalam pernyataan yang disampaikan di Gedung Putih, Washington, Senin (5/8), dilansir AFP. Tidak berhenti disitu kemudian Trump juga mengajak perwakilan Partai Republik dan Demokrat untuk membuat aturan agar memperketat pemeriksaan latar belakang kepemilikan senjata di AS. Seperti yang ia cuitkan di Twitternya, @realDonaldTrump, "Mungkin mengawinkan legislasi (kepemilikan senjata) tersebut dengan reformasi imigrasi yang sangat diperlukan," cuitnya.
Kepemilikan senjata yang relatif bebas di AS dituding menjadi penyebab utama frekuensi penembakan massal begitu sering terjadi. Namun ya begitulah wacana pembatasan kepemilikan senjata bukan merupakan opsi bagi pemimpin-pemimpin AS, selain karena kuatnya lobi-lobi industri senjata di legislatif maupun eksekutif, hal tersebut juga dilindungi oleh Undang-Undang Dasar AS.Â
Pada dasarnya kepemilikan senjata di AS adalah hak setiap warga negaranya yang dilindungi oleh Amandemen Kedua Konstitusi tahun 1791 silam. Amandemen itu diadopsi dari Bill of Right.
Bunyi amandemen kedua itu yakni, "Milisi yang diatur dengan baik dibutuhkan untuk keamanan negara merdeka, maka hak-hak masyarakat untuk menyimpan dan membawa persenjataan tak boleh dilarang."
Sudah tak terhitung gugatan dilayangkan korban maupun masyarakat sipil berupa gugatan Class Action menyoal kebebasan memiliki senjata dan praktek-praktek promosinya terhadap industri senjata dan pemerintah.
Nah John Grisham dalam Novel yang ditulisnya berjudul "Runaway Jury" yang kemudian di adaptasi menjadi sebuah film dengan genre thriler hukum berjudul yang sama mengangkat persoalan ini. Saya sebagai penyuka film dengan latar belakang drama persidangan akan mencoba memberikan resensi dan pandangan sederhana terkait film ini.Â