Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi Lebaran yang Hilang

7 Juni 2019   09:00 Diperbarui: 7 Juni 2019   09:19 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Idul Fitri 1440 H sudah usai, walaupun suasananya masih tertinggal. Apabila kita amati dan rasakan di lebaran kali ini ada dua tradisi lebaran yang hilang. 

Pertama terkait dengan budaya mudik yang selalu mengiringi perayaan lebaran. Tahun-tahun sebelumnya tradisi mudik selalu diikuti oleh kemacetan, tetapi tahun ini kemacetan di jalur jalan darat hampir tidak terjadi bahkan cenderung sangat lancar. Chaotic situation pun tidak terjadi di jalur laut maupun udara. 

Ada beberapa faktor yang mendukung lancarnya mudik lebaran kali ini. Infrastruktur salah satunya, diakui atau tidak kondisi infrastruktut yang membaik menjadi aktor utama lancarnya mudik kali ini. Tersambungnya jalur tol dari Merak sampai Surabaya memberikan kontribusi yang besar terhadap lancarnya arus mudik dari barat Pulau Jawa ke arah timur Pulau Jawa. 

Tol Bakauheni sampai dengan Kayu Agung di Sumatera bagian Selatan membuat jarak tempuh yang harus dilalui pemudik menjadi lebih singkat. Waktu antrian di dermaga penyeberangan Merak pun menjadi lebih lancar dengan berambahnya dermaga baru, ditambah dengan perbaikan sistem manajemen yang dilakukan pengelola dalam hal ini Kementerian Perhubungan melalui ASDP Merak-Bakauheni.

Keberhasilan Mudik 2019 ini juga karena sistem manajemen lalu lintas yang baik hasil koordinasi antara Korlantas Polri dengan Kemenhub seperti pengaturan one way di tol ke arah timur saat jam dan hari tertentu. 

Dan jangan lupa Salah satu faktor keberhasilan mudik 2019 pun disebut karena didukung perpanjangan libur lebaran untuk memecah dominasi mudik tanggal tertentu. 

Hal ini diakui oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi "Masa libur lebih panjang. Itu bagian manajemen lalu lintas. Mudiknya jadi lebih merata dan susah kan cari puncaknya karena hampir sama," ucap Budi.

Namun demikian arus balik harus lebih diantisipasi karena keuntungan panjangnya waktu bagi masyarakat untuk bergerak, menjadi jauh lebih berkurang. Perjalanan arus balik pemudik akan menumpuk di dua hari akhir libir oanjang nasional yaitu hari Sabtu dan Minggu tanggal 8-9 Juni 2019.   "Lebih sulit karena masa [arus balik] lebih pendek. Saya anjurkan bagi pemudik jangan [pulang] Sabtu-Minggu itu akan peak sekali. Jadi kalau 8-9 Juni akan peak sekali," ucap Budi.

Selain hilangnya kemacetan menjadi tradisi mudik lebaran. Ada satu lagi tradisi lebaran yang hilang tahun ini, yaitu kenaikan bahan pokok yang selalu terjadi manakala lebaran menjelang, angka inflasi akan melonjak sebagai konsekuensi dari meningkatnya kebutuhan bahan pokok. Namun kali ini pemerintah berhasil mengendalikan harga kebutuhan bahan pokok menjelang lebaran. 

Untuk daging sapi misalnya, berdasarkan pantauan dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional terpantau harga rata-ratanya mencapai Rp110.150 per kilogram. Harga tersebut tidak bergerak sama sekali dalam sepekan belakangan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun