Ngaliwet adalah sebuah tradisi makan bersama yang ada di tatar sunda. Sebuah tradisi yang menggambarkan sebuah keakraban dan kebersamaan. Ngaliwet bukan hanya sekedar makan, tetapi juga kebersamaan dalam memasak, dalam mengumpulkan bahan-bahan untuk memasak.
Tradisi ini sebenarnya berasal dari budaya penghematan, dulu diperkebunan para pekerja dari rumah masing-masing membawa bahan yang menjadi bagiannya masing-masing, ada yang membawa beras, ada yang membawa bumbu-bumbu, ada yang membawa alat-alat memasaknya terutama kastrol sejenis panci yang berbentuk lonjong.
Bumbu Liwet terdiri dari bawang, minyak goreng, cabe, daun salam, sereh, dan bawang putih dengan ditemani ikan asin, bisa teri, ikan asin Selar, peda, japuh, dan tentu saja sambal "terasi anu medok" dan jangan lupa sepi, sepi adalah jengkol yang sudah di kubur di tanah dengan terlebih dahulu membuka cangkangnya selama 2 atau 3 hari. lalapan dan kerupuk biasanya juga menjadi additional guest dalam acara ngaliwet ini.Â
Dalam prosesi ngaliwet ini, sambel merupakan salah satu komponen utama adapun bahan-bahan yang biasanya dipake adalah cabe rawit, cabe merah, tomat, bawang merah, dan bawang putih, proses pembuatan sambel ada di posisi paling akhir dari seluruh rangkaian memasak liwet, karena minyak yang akan dipakai untuk menggoreng bahan - bahan sambal tadi adalah minyak bekas dipakai untuk menggoreng ikan asin, dan itu menambah guring rasa sambalnya, masalah tingkat kepedasan itu bisa selera masing-masing, tapi biasanya akan sangat pedas agar ngambil sambelnya tidak terlalu banyak. Ngaliwet tanpa sambel bagai malam tak berbintang, lauk lain boleh tidak ada tapi sambel harus ada.
Tradisi ngaliwet masih terus ada sampai hari ini, setiap pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama teman-teman ngaliwet dengan sambel dan ikan asinnya menjadi sebuah keharusan
Yu... akh urang ngaliwet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H