Ketika core bisnis nya hilang, otomatis akan dianggap sudah tak memiliki lagi kapabilitas untuk menggerakan perusahaannya.
Apalagi bisnis layanan produk pembayaran dan virtual, pelakunya sudah sangat banyak. Mereka harus bertarung dengan bank dan berbagai aplikasi layanan keuangan digital lainnya yang selama ini telah terlebih dahulu eksis.
Bukalapak Belum Karam
Apa yang terjadi dengan Bukalapak ini relevan dengan adagium dari Thucydides seorang Sejarawan Yunani yang hidup  2.500 tahun lalu.
 'The strong do what they can and the weak suffer what they must'
Adagium ini secara garis besar menggambarkan dinamika kekuasaan dan ketidakberdayaan kaum lemah ketika menjalani kehidupan.Â
Dalam konteks bisnis, terutama dalam persaingan yang sangat ketat seperti di industri e-commerce, di mana Bukalapak dan para pesaingnya "bertempur"
Adagium tersebut bisa diinterpretasikan kurang lebih seperti ini, yang kuat, dalam hal ini adalah perusahaan dengan infrastruktur dan inovasi yang kuat, memiliki kebebasan untuk menentukan arah pasar.Â
Mereka mampu menginvestasikan sumber daya yang besar dalam inovasi, pemasaran, dan akuisisi untuk memperkuat posisinya.
Sedangkan si lemah, perusahaan dengan infrastruktur yang lebih inferior  harus menerima konsekuensi dari tindakan yang diambil oleh yang kuat.Â
Mereka mungkin dipaksa untuk mengikuti tren pasar yang ditetapkan oleh pemain besar atau bahkan keluar dari pasar.
Dalam konteks Bukalapak,mereka dapatdianggap sebagai "si lemah" dalam persaingan dengan Shopee dan Tokopedia. Meskipun memiliki basis pengguna yang loyal, Bukalapak kalah dalam hal kecepatan inovasi dan agresivitas pemasaran.