Bukalapak, salah satu pionir e-commerce di Indonesia.
Transformasi bisnis besar-besaran kini sedang terjadi diMelalui blog resminya, Bukalapak menyatakan akan menutup lini usaha yang di awal pendiriannya menjadi misi utamanya dan selama ini membesarkannya, penjualan produk fisik di marketplace mereka.
Langkah ini merupakan bagian dari transformasi perusahaan untuk lebih memfokuskan diri pada layanan produk virtual, seperti perdagangan pulsa pra bayar, paket data, token listrik, hingga berbagai pembayaran tagihan, seperti listrik, PDAM, BPJS Kesehatan, sampai dengan TV kabel dan internet.
Harapannya, dengan alih fokus ini, Bukalapak dapat lebih dalam mengelola bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Dalam pandangan Manajemen Bukalapak perubahan arah bisnis tersebut merupakan cerminan atas adaptasi perusahaan terhadap dinamika pasar yang semakin digitalize.
Namun, perubahan arah bisnis ini direspon negatif oleh pasar saham. Begitu kabar tersebut merebak di publik pada Selasa, 7 Januari 2025, pergerakan harga saham Bukalapak langsung terjun bebas, nyaris 5 persenÂ
Menurut data IDX.co.id, saham berkode emiten BUKA tersebut, sempat jatuh 4,92 persen pada pukul 15.00 berada di level Rp116 per saham.
Media pun menyoroti transformasi Bukalapak ini sebagai sesuatu yang negatif, bahkan dianggap sebagai tondo-tondo Bukalapak bakal segera tutup lapak, alias gulung tikar
Bahkan di media sosial, sebagian besar Netizen menganggap Bukalapak sudah "rest in peace." terkubur akibat tak mampu bersaing dengan peer kompetitornya seperti Shopee, Tokopedia, atau Lazada.
Dan faktanya, Bukalapak memang tak lagi mampu mengimbangi inovasi dan pergerakan bisnis para pesaingnya tersebut.
Tentu saja, anggapan tersebut sangat masuk akal, mengingat core bisnis Bukalapak sejak awal pendirian hingga saat ini adalah platform marketplace yang bisnis utamanya menjadi jembatan antara penjual berbagai produk fisik dengan konsumennya.