Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

ORI026 Seri SDGs, Ketika Cuan Bertemu Tujuan Mulia

2 Oktober 2024   15:43 Diperbarui: 2 Oktober 2024   16:13 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangka peluncuran Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri terbaru ORI026, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu) bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyelenggarakan kegiatan SDGs Talks dan Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE It) sebagai bagian dari sosialisasi penawaran sub seri ORI026T3 dan ORI026T6.

Kegiatan yang berlangsung  bersamaan dengan pembukaan masa penawaran ORI026, pada 30 September 2024 dilaksanakan di Kampus IPB university Bogor, dengan mengusung tema "Smart Investing for a Better Tomorrow: Youth and Sustainable Finance for the SDGs".

Antusiasme Generasi Muda dan Pemilihan IPB University

Ada dua hal menarik dalam kegiatan tersebut, pertama antusiasme pesertanya sangat luar biasa, menurut keterangan pihak penyelenggara tak kurang dari 1.200 orang yang mayoritasnya mahasiswa hadir dalam kegiatan tersebut. 

DJPPR-Kemenkeu
DJPPR-Kemenkeu
Respon positif dari generasi muda terhadap instrumen investasi selalu menarik, karena prospek dunia investasi Indonesia ada di tangan mereka. Wawasan mereka tentang investasi dan literasi keuangan akan semakin berkembang, sehingga isu-isu "Doom Spending" hanya karena rasa cemas sepertinya tak akan terlalu menjadi masalah buat generasi yang lahir di atas tahun 2000 tersebut.

Kedua, adalah pemilihan IPB University sebagai tempat kegiatan peluncuran ORI026 dilangsungkan. Untuk hal ini Kepala Sub Direktorat Pengembangan dan Pendalaman Pasar SUN DJPPR-Kemenkeu, Chandra A.S. WIbowo menerangkan, karena ORI026 merupakan seri Tematik SUN SDGs ritel yang pertama diterbitkan di Indonesia, maka lokasinya dipilih di IPB, lantaran IPB university merupakan leading perguruan tinggi dalam implementasi SDGs di Indonesia.

Bahkan menurut situs resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, IPB University berhasil masuk dalam jajaran perguruan tinggi top 10 dunia yang memberikan kontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).  

Mengenal Sustainable Finance

Sebenarnya bukan hanya jalannya kegiatan itu yang menarik perhatian saya dan akan dibahas dalam tulisan ini, tapi hal-hal yang berkaitan dengan Sustainable Finance terutama yang berhubungan dengan SDGs, seperti yang menjadi tema peluncuran SBN ritel keenam di tahun 2024 ini. 

Sebenarnya apa sih Sustainable Finance?

Sederhananya, gini lah coba kita bayangkan di mana investasi atau pembiayaan oleh lembaga keuangan atau individu tidak hanya mengejar keuntungan finansial semata, tetapi dalam prosesnya juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan sosial, dan tata kelola yang baik. 

Itulah esensi dari keuangan berkelanjutan (sustainable finance), sebuah pendekatan holistik yang semakin relevan di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan degradasi lingkungan. 

Konsep ini berakar dari kesadaran bahwa keberlanjutan bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga merupakan faktor penting dalam menciptakan nilai jangka panjang dan mengelola risiko.

Perkembangan Konsep Sustainable Finance

Secara teori, konsep sustainable finance salah satunya didukung oleh teori stakeholder yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1984 oleh R Edward Freeman seorang Profesor di bidang Business Administration di University of Virginia, yang menekankan pentingnya mempertimbangkan kepentingan semua pemangku kepentingan, tidak hanya pemegang saham dalam pengambilan keputusan bisnis.

Namun demikian, tak ada satu pihak pun yang bisa mengklaim dirinya sebagai pencetus tunggal konsep ini, karena ide terkait sustainable finance itu berkembang secara bertahap dari berbagai pemikiran dan gerakan. 

Beberapa tokoh dan institusi yang memengaruhi perkembangan konsep keuangan berkelanjutan ini diantaranya, 

Dr. Gio Harlem Bruntland, mantan Perdana Menteri Norwegia yang menerbitkan laporan  bertajuk "Our Commun Future" pada tahun 1987, saat dirinya memimpin Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (WCED). Dalam laporannya, Brundtland menekankan perlunya memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kemudian. ada Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank di Bangladesh yang juga penerima Nobel Perdamaian pada tahun 2006, pelopor konsep microfinane, yang memberikan akses kredit kepada masyarakat miskin dan terpinggirkan. Yunus menunjukan bahwa investasi sosial dapat memberikan dampak positif sekaligus return secara finansial.

Seiring waktu konsep keuangan berkelanjutan terus berkembang dengan munculnya berbagai instrumen dan standar, mulai dari pembentukan kerangka kerja manajemen risiko lingkungan dan sosial untuk program pembiayaan proyek yang disebut Equator Principal pada tahun 2003, Principles for Responsible Invesment pada tahun 2006, Green Bond Principal yang merupakan panduan penerbitan green bond pada tahun 2014, hingga terbentuknya inisiatif Sustainable Development Goals (SDGs).

SDGs dan Sustainable Finance

Dalam perkembangannya, SDGs yang dinisiasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyediakan kerangka kerja yang komprehensif bagi sustainable finance untuk mengarahkan investasi ke area-area prioritas pembangunan berkelanjutan. 17 tujuan SDGs dengan 169 targetnya mencakup berbagai isu penting, seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, perubahan iklim, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Sustainable finance berperan penting dalam mendorong pencapaian SDGs dengan mengalokasikan modal ke proyek-proyek dan kegiatan yang berkontribusi pada tujuan-tujuan tersebut. 

Contohnya, investasi di bidang energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan infrastruktur berkelanjutan dapat mendukung pencapaian SDGs terkait energi bersih, kota dan permukiman yang berkelanjutan, serta aksi terhadap perubahan iklim.

Dalam praktiknya, sustainable finance menggunakan faktor ESG sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini berarti bahwa investasi tidak hanya didasarkan pada potensi keuntungan finansial semata, tetapi juga pada dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola dari proyek atau kegiatan yang dibiayai.

ORI026: Instrumen Sustainable Finance untuk SDGs

Keberadaan Sustainable finance juga mendorong inovasi instrumen keuangan yang secara khusus didesain untuk mendukung pencapaian SDGs. Seperti misalnya penerbitan ORI026 yang sekarang sedang ditawarkan, atau green bonds, social bonds, sustainability bonds, dan sustainability-linked  loans. Instrumen-instrumen ini menghubungkan pembiayaan dengan target kinerja keberlanjutan yang jelas.

Tentu saja dalam setiap proses penerbitanya, instrumen-instrumen keuangan berbasis sustainable finance ini harus kompatibel dengan berbagai standar yang telah ditetapkan. Untuk ORI026 misalnya, mengacu pada prinsip Green Bond dan Social Bond yang diterbitkan oleh International Capital Market Association (ICMA).

Menurut paparan Chandra,saat SDGs talkshow yang menjadi bagian dari acara peluncuran ORI026, pembentukan instrumen keuangan tersebut harus mematuhi Prinsip-prinsip  yang mencakup empat komponen utama,

Pertama, penggunaan Dana atau Use of Proceeds dari dana yang diperoleh dari penerbitan ORI026 harus dialokasikan untuk proyek-proyek yang memiliki dampak positif terhadap pencapaian SDGs.

Kedua, terdapat proses Evaluasi dan Pemilihan Proyek atau Project Evaluation and Selection, Pemerintah perlu memiliki proses yang jelas dan transparan dalam mengevaluasi dan memilih proyek-proyek yang akan dibiayai oleh ORI026.

Ketiga, Management of proceed-nya harus jelas artinya dana yang diperoleh dari ORI026 harus dikelola secara terpisah dan transparan. Pemerintah perlu melaporkan secara berkala mengenai alokasi dan penggunaan dana tersebut untuk proyek-proyek SDGs.

Dan terakhir, Pemerintah perlu menyediakan laporan yang komprehensif dan teratur mengenai kinerja ORI026, termasuk dampaknya terhadap pencapaian SDGs. Laporan ini harus disusun berdasarkan standar pelaporan keberlanjutan yang diakui, seperti GRI Standards atau SASB Standards.

Nah, terkait laporan ini, Chandra menegaskan masyarakat bisa melihat laporan lengkap terkait ke-SDGs-an ORI026, mulai tahun depan. 

"Silahkan lihat laporan SDGs, ORI026 di situs resmi kami mulai tahun depan"ujarnya. 

Dan ia pun memastikan bahwa seluruh proses pembentukan ORI026 seri Tematik SDGs ini sudah complied dengan standar yang ditetapkan PBB.

Kebutuhan Pembiayaan SDGs di Indonesia dan Global

Pembiayaan yang bisa di mobilisasi oleh ORI026 mungkin hanya noktah kecil ditengah kebutuhan pembiayaan untuk mencapai SDGs secara menyeluruh di Indonesia. Menurut perhitungan Bappenas, kebutuhan pembiayaan SDGs di Indonesia hingga tahun 2030, dalam kerangka hitung saat ini mencapai Rp122 ribu triliun, naik 70 persen dibandingkan kebutuhan pencapaian SDGs sebelum pandemi yang sebesar Rp67 ribu triliun, dengan gap pembiayaan mencapai Rp24 ribu triliun.

Sementara secara global menurut laporan Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) dibutuhkan dana dikisaran 2,5 triliun-4,2 triliun US Dollar.

Sebagai salah satu negara pelopor, Indonesia telah dan akan terus mengintegrasikan aspek keuangan dalam paradigma keberlanjutan dengan menerbitkan berbagai SDGs Bond untuk pasar wholesale maupun ritel seperti ORI026 ini.

Jadi, berinvestasi di ORI026 tak sebatas bicara cuan tapi juga tentang keberlanjutan perekonomian bangsa ini, yang ujungnya bisa meraih kesejahteraan yang merata seperti tujuan SDGSs, No one leave behind, kemakmuran dan kesejahteraan yang inklusif.

https://www.djppr.kemenkeu.go.id/sbnritel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun