Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menakar Efektivitas Gerbong Khusus Perempuan, Gerbong Khusus Prioritas Perlu Dipikirkan

26 Agustus 2024   15:23 Diperbarui: 27 Agustus 2024   15:37 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggunakan KRL Jabodetabek untuk aktivitas sehari-hari menawarkan pengalaman yang beragam, dari yang menyenangkan hingga menjengkelkan, mulai jadwal yang kerap molor karena berbagai sebab, densitas di dalam gerbong yang sangat padat akibat jumlah rangkaian kian menyusut, kondisi saat transit, hingga urusan tempat duduk dan prioritas pengguna di gerbong kereta.

Berdasarkan pengalaman lebih dari 20 tahun, untuk urusan tempat duduk di KRL lumayan tricky, karena jumlah kursi jauh lebih sedikit dibandingkan penumpang yang ada di sebuah gerbong, sehingga acap kali agar dapat tempat duduk, pengguna harus "berjuang"

Berbeda dengan Kereta Api Jarak Jauh (KJJ) saat ini, setiap penumpang dipastikan akan mendapat satu tempat duduk. KRL, karena termasuk kendaraan shuttle dengan waktu tempuh pendek dan turnover penumpangnya dalam satu jadwal perjalanan sangat tinggi, maka kepastian mendapatkan tempat duduk itu tak pernah ada. 

Ini tak hanya berlaku untuk moda transportasi KRL, semua moda transportasi umum jarak pendek, sistemnya seperti itu di mana pun di seluruh dunia. 

Jadi ya first in, first serve, siapa yang datang atau naik duluan, dia lah yang akan mendapatkan tempat duduk.

Lantas bagaimana dengan mereka yang menurut kategori PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI), lebih membutuhkan tempat duduk seperti ibu hamil, kelompok disabilitas, lansia, atau orang yang membawa anak balita?

PT. KCI selaku pengelola KRL di Indonesia sudah menyediakan tempat duduk prioritas, di empat sudut setiap gerbong, yang kurang lebih bisa menampung 12 pengguna.

Persoalannya kemudian, kerap kali kursi prioritas pada jam-jam sibuk antara Pukul 06.00-09.00 di pagi hari dan Pukul 16.00-19.00 di sore hari, bahkan diluar jam sibuk pun, lantaran antusiasme menggunakan KRL semakin tinggi tempat duduk khusus prioritas tadi sudah penuh terisi, sebagian oleh mereka yang tak berhak. 

Sehingga mereka yang masuk kategori harus keleleran dan berharap mendapat tempat duduk di " area umum." Bersyukur bila ada penumpang umum "berhati mulia" bersedia memberikan tempat duduknya kepada mereka, tapi banyak juga yang bersikap acuh tak acuh, misalnya dengan berpura-pura tidur atau cara lain, yang intinya ia tak memberikan tempat duduk kepada yang lebih membutuhkan.

Namun, sikap ini juga tak bisa sepenuhnya disalahkan, mungkin pada saat itu ia lelah, ada sesuatu yang dirasakan di dalam badannya sehingga harus duduk walau terlihat bugar dan muda, atau alasan-alasan lain yang tak pernah kita tahu. Yang jelas dirinya tak berkenan untuk memberikan tempat duduknya kepada orang lain.

Petugas KCI, yang ada di dalam gerbong juga tak bisa memaksa, mereka kewenangannya hanya sebatas menghimbau.

Ajaibnya, di gerbong umum (bercampur antara pengguna pria dan wanita) lebih banyak orang yang berempati, sering diantara mereka terutama laki-laki, yang serta merta berdiri memberikan tempat duduknya kepada yang lebih membutuhkan, tanpa diminta sekalipun.

Agak berbeda dengan situasi di gerbong khusus perempuan, seperti kejadian tiga hari lalu.

Dalam cuitannya, pemilik akun X @dwi_neeta menginformasikan bahwa ada seorang ibu membawa balita, tak diberi tempat duduk sambil me-mention akun resmi PT.KCI dan komunitas pengguna KRL yang cukup besar.

"Di gerbong wanita kereta 4060 ada ibu Gendong anak blm dpt duduk minta petugas dong"

X.com/@dwi_neeta
X.com/@dwi_neeta
Sebenarnya, tak bisa taken for granted juga sih, tak semua dan selamanya situasi seperti ini terjadi di gerbong khusus perempuan, meskipun menurut sebagian pihak situasi di gerbong perempuan itu lebih "menyeramkan" dibandingkan gerbong umum.

Dulu mungkin kita masih ingat, kasus mahasiswi yang viral lantaran "menisbikan" kondisi ibu hamil yang meminta tempat duduknya di gerbong perempuan, sebelumnya ada juga kasus-kasus serupa lainnya, bahkan sempat sampai terjadi pertengkaran fisik hingga saling jambak.

"Kenapa di gerbong perempuan lebih 'sadis' daripada gerbong campuran? Karena faktanya ada persaingan yang demikian hebohnya. Semua perempuan ngumpul dan ada persamaan persepsi power sebagai individu yang harus bersaing dengan individu yang lain," kata Tiara Puspita M.Psi, Seorang Psikolog menanggapi drama di gerbong khusus wanita, seperti dilansir Detik.com.

Keberadaan Gerbong Khusus Perempuan di setiap rangkaian KRL, sejatinya merupakan langkah afirmasi dari PT.KCI untuk mencegah terjadinya kasus pelecehan seksual di KRL.

Gerbong khusus perempuan yang terletak di kedua ujung rangkaian KRL ini pertama diterapkan KCI pada Oktober 2012 lalu. 

Selama 12 tahun keberadaannya, apakah ada bukti valid yang menyatakan bahwa eksistensi gerbong khusus perempuan itu bisa mengurangi secara signifikan kasus pelecehan seksual yang terjadi di KRL?

Saya coba mencari datanya secara sederhana melalui mesin pencari Google, tapi tak menemukan data yang bisa menerangkan bahwa kasus pelecehan seksual di KRL, menurun karenanya.

Salah satu informasi yang saya dapat, adalah penelitian yang dilakukan oleh dua mahasiswa teknik sipil Universitas Tarumanegara (Untar), Jonathan Salimun dan Leksmono Surya Putranto, yang diterbitkan di Jurnal Mitra Teknik Sipil Untar, pada bulan November 2020.

Hasilnya, tak menerangkan itu, dalam kesimpulan jurnalnya, hanya menjelaskan bahwa penumpang perempuan merasa aman dan nyaman berada di gerbong khusus perempuan meskipun mereka juga mengakui bahwa kericuhan kerap terjadi karena rebutan tempat duduk dan hal-hal lain yang dipicu oleh kepadatan di gerbong kereta.

Pendapat dengan substansi hampir serupa disampaikan oleh Komisi Nasional (Komnas) Perempuan. Mereka menilai bahwa edukasi terkait pelecehan seksual lebih baik dan efektif untuk mencegah terjadinya hal tersebut, dibandingkan pemisahan gerbong.

Begitu pun pendapat dari salah satu tokoh feminis Eropa, Laura Bates, seorang aktivis dan penulis asal Inggris yang mendirikan proyek 'Everyday Sexism'

Mengutip, Konde.Co, Bates, justru mengecam ide tentang area khusus untuk perempuan sebagai solusi untuk mencegah pelecehan seksual di transportasi umum. Perubahan budaya lah yang harus dilakukan serta tindakan tegas pada pelaku pelecehan seksual.

Berdasarkan sejumlah temuan dan pendapat tersebut sepertinya keberadaan gerbong khusus perempuan perlu dilakukan evaluasi mendalam mengenai efektivitasnya dalam mencegah pelecehan seksual. 

Jika tidak terbukti efektif, mungkin perlu dipertimbangkan alternatif lain, seperti peningkatan keamanan secara keseluruhan, edukasi publik yang lebih intensif, dan penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku pelecehan seksual.

Menurut hemat saya, sudah saatnya PT KCI melakukan evaluasi menyeluruh terhadap keberadaan gerbong khusus perempuan. Apakah manfaatnya masih relevan? Apakah ada alternatif yang lebih efektif?

Salah satu opsi adalah mengganti salah satu atau seluruh gerbong khusus perempuan dengan gerbong khusus prioritas. Hal ini akan meningkatkan ketersediaan tempat duduk bagi kelompok yang membutuhkan, alih -alih gerbong khusus perempuan yang belum jelas efektivitasnya dalam mencegah terjadinya pelecehan seksual sesuai afirmasinya.

Gerbong khusus prioritas akan memberikan ruang yang lebih luas dan nyaman bagi kelompok prioritas. 

Keberadaan gerbong khusus prioritas dapat meningkatkan kesadaran publik dan menjadi sarana edukasi masyarakat tentang pentingnya menghormati hak-hak kelompok prioritas.

Selain itu, perlu ada upaya lebih intensif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghormati hak-hak kelompok prioritas dan mencegah pelecehan seksual. Penegakan aturan yang tegas juga diperlukan untuk memastikan gerbong khusus prioritas digunakan sebagaimana mestinya.

KRL Jabodetabek sebagai moda transportasi publik yang vital perlu terus berbenah untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan seluruh penumpang. 

Evaluasi terhadap gerbong khusus perempuan dan membuka kemungkinan implementasi gerbong khusus prioritas adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan, menuju sistem transportasi yang lebih inklusif dan beradab. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun