Opening Ceremony Olimpiade Paris 2024, meskipun hanya lewat layar kaca, tetap tak menghilangkan vibe gemerlap penuh kemegahan.
Menyaksikan rangkaian acaraParis, kota cinta dan cahaya, yang malam itu diguyur hujan, menjelma menjadi panggung raksasa bagi perhelatan akbar Olimpiade 2024. Sungai Seine, yang biasanya tenang berbisik, kini bergelora oleh riuh rendah sorak sorai ribuan penonton yang memadati tepiannya. Bendera-bendera dari berbagai penjuru dunia berkibar-kibar, bagai pelangi yang terbentang di atas air.
Tak ada stadion megah yang membatasi pandangan, hanya langit terbuka yang menjadi atap bagi pertunjukan spektakuler ini. Monumen-monumen bersejarah, seperti Menara Eiffel Notre Dame, Musium de Louvre hingga Jardins du Trocadero menjadi saksi bisu dari perayaan olahraga dan persatuan ini.
Tak kurang dari 88 perahu, berlayar perlahan membelah Sungai Seine yang penuh sejarah, para atlet dari berbagai negara berparade dengan bangga. Wajah mereka berseri-seri diterangi oleh cahaya lampu sorot. Mereka adalah bintang-bintang malam itu, simbol harapan dan semangat juang yang menyala di setiap dada.
Di antara mereka, kontingen Indonesia tampil mencuri perhatian, bukan hanya karena semangatnya, tapi juga karena keelokan busana yang mereka kenakan.
Kontingen Indonesia tampil menawan dengan balutan busana rancangan Didit Hediprasetyo yang terinspirasi dari sosok Raden Saleh, pelukis legendaris yang karyanya menghiasi Rijksmuseum dan Louvre. Perpaduan antara budaya Jawa dan romantisme Eropa tercermin dalam desain yang elegan, membangkitkan semangat persatuan dan nasionalisme
 yang diberi tajuk "Raden Saleh: A Romantic Hero" itu, sebagai "Omaggio alle tradizioni del Paese" yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan "sebuah penghormatan kepada tradisi negeri."
Majalah mode top dunia, Vanity Fair Italia bahkan tak segan memuji koleksi busanaRaden Saleh, pelukis kelahiran Jawa Tengah yang meniti karier di Eropa pada abad ke-19, menjadi inspirasi utama Didit.Â
Perjalanan hidup Raden Saleh, dari tanah Jawa hingga ke istana-istana Eropa, seakan menjadi metafora bagi perjalanan Indonesia menuju panggung dunia. Seperti Raden Saleh yang memadukan unsur budaya Jawa dan Eropa dalam lukisannya, Didit pun meramu modernitas dan tradisi dalam balutan busana yang elegan.
Mengutip berbagai sumber informasi yangbsaya dapatkan  Kain tradisional Indonesia, seperti batik dan tenun, menjadi elemen utama dalam kostum ini.Â
Didit dengan cermat memadukannya dengan siluet modern yang simpel, menciptakan harmoni antara warisan budaya dan semangat kekinian. Warna putih yang mendominasi bawahan, melambangkan kesucian dan sportivitas, dipadukan dengan atasan biru bagi atlet pria dan merah bagi atlet putri, merefleksikan warna bendera kebangsaan Indonesia.Â