Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

SRBI, Senjata Ampuh BI Stabilkan Rupiah, Tapi Berpotensi Membuat Pasar Keuangan Domestik "Dehidrasi"

22 Juli 2024   10:33 Diperbarui: 22 Juli 2024   10:39 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah gejolak ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar rupiah, Bank Indonesia (BI) meluncurkan instrumen baru bernama Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada 15 September 2023. SRBI diharapkan menjadi jurus ampuh untuk menjaga stabilitas rupiah dan meredam inflasi. 

Namun, ekonom senior M. Chatib Basri dalam acara Mandiri Investasi Market Outlook 2024, bertajuk "Cruising The Crossroads on The Narrow Strait" yang saya hadiri secara daring Kamis (18/07/2024) pekan lalu, menyoroti potensi dampak negatif SRBI terhadap likuiditas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Di sesi diskusi panel pertama dengan narasumber yang juga merupakan Komisaris Utama Bank Mandiri, M. Chatib Basri dan Raisah Rasid, Global Market Strategis JP. Morgan Asset Management, Singapura.

Dalam kesempatan tersebut Chatib Basri yang sempat menjadi Menteri Keuangan di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan bahwa penerbitan SRBI oleh Bank Indonesia membuat likuiditas di pasar keuangan Indonesia menjadi lebih ketat yang mendorong cost of fund atau biaya pendanaan menjadi naik.

"Likuiditas semakin ketat, karena ada instrumen lain yang menarik likuiditas dari pasar yang namanya SRBI" ujarnya

Ia menambahkan, penerbitan SRBI menimbulkan crowding out effect terhadap pasar keuangan karena sebagian besar dana investasi akan lari ke SRBI.

"Inilah yang kemudian akan berpengaruh karena nanti implikasinya adalah cost of fund -nya  jadi naik. Karena orang akan melihat mana yang lebih menguntungkan termasuk bond atau goverment bond," tambahnya.

Sebagai tambahan informasi crowding out effect adalah fenomena ekonomi di mana peningkatan pengeluaran pemerintah (dalam hal ini, penerbitan SRBI oleh Bank Indonesia) menyebabkan penurunan investasi sektor swasta.

Selanjutnya,ia menambahkan bahwa dalam mengeluarkan kebijakan moneter, BI memang tak sepenuhnya independen, tidak hanya nilai tukar Rupiah  yang harus mereka atur , tapi juga menjaga inflasi di bawah 3 persen.

SRBI adalah surat berharga yang diterbitkan oleh BI dengan tujuan utamanya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi.

Namun jika berkaca pada pernyataan Chatib Basri di atas, muncul pertanyaan apakah penerbitan SRBI ini benar-benar efektif dan apa pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun