Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Modern, Mengubah Sepak Bola dari Penuh Warna nan Mengasyikan Menjadi Seragam nan Menjemukan

8 Juli 2024   14:20 Diperbarui: 8 Juli 2024   18:31 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Jürgen Fromme - firo sportphoto/Getty Images via Mashable.com

Menyaksikan laga di hajatan 4 tahunan sepakbola Piala Eropa 2024 yang saat ini sudah memasuki babak semifinal, terasa hambar, tak seperti saat menonton perhelatan Piala Eropa pada era 1990-an atau awal tahun 2000-an.

Tadinya saya berharap, permainan sepakbola di turnamen bertajuk resmi "The UEFA Football European Championship" penuh atraksi memikat yang memanjakan mata para penontonnya.

Laga-laga yang seharusnya menjadi panggung pertunjukan bakat dan strategi, justru terasa seperti latihan rutin yang monoton. Umpan-umpan pendek yang tak berujung, pertahanan rapat yang sulit ditembus, dan minimnya gol-gol indah membuat pertandingan terasa seperti film drama panjang yang membosankan.

Bahkan, kehadiran aturan baru dan penggunaan teknologi yang diharapkan menjadi "pahlawan" keadilan, justru seringkali menjadi "penjahat" yang merusak ritme permainan. Keputusan-keputusan kontroversial wasit dan pandainya para pemain berakting seperti aktor Hollywood membuat penonton kehilangan minat dan semangat.

Para bintang lapangan hijau seperti Gelandang muda nan fenomenal Inggris, Jude Bellingham atau Kapten Timnas Perancis Kylian Mbappe yang diharapkan bersinar terang, justru meredup bak lilin di tengah tiupan angin. Performa mereka yang jauh dari harapan membuat pertandingan terasa seperti konser musik tanpa bintang utama.

Taktik yang terlalu kaku dan terstruktur menjadi penghambat kreativitas pemain. Mungkin karena ini lah para pemain bintang yang memiliki skill tinggi tak bisa mengeluarkan kemampuannya secara optimal. Akibatnya, pertandingan menjadi monoton dan kurang menghibur lantaran minimnya aksi individu yang brilian.

Jika diamati, gaya permainan jagoan-jagoan Benua Biru kali ini cenderung seragam, apakah pola permainan sepakbola modern yang seringkali menekankan pada penguasaan bola, umpan-umpan pendek,pressing ketat, dan pertahanan yang rapat menjadi salah satu faktor penyebabnya?

Sepak bola modern, layaknya mesin produksi massal, telah menciptakan kesebelasan-kesebelasan yang nyaris identik. Dulu,  hampir setiap tim memiliki identitas unik, seperti sidik jari yang tak tergantikan. Ada yang bermain dengan pola kick and rush seperti negara-negara di Britania Raya mulai dari Inggris hingga Irlandia.

Ada yang mengandalkan pertahanan rapat bak benteng seperti Cattenacio-nya Italia, dan ada pula yang piawai memainkan bola-bola pendek nan indah, ala Spanyol dan Perancis misalnya. atau ada juga yang mengandalkan kekuatan fisik dan diisplin tinggi  seperti negara-negara Eropa Timur. Namun kini, semuanya terlihat tak ada lagi, faktor pembedanya semakin kabur.

Pola permainan tim-tim modern, terobsesi dengan penguasaan bola dan umpan-umpan pendek, seakan melupakan seni menyerang yang memikat hati. Mereka bermain dengan tempo yang lambat, mengulur-ulur waktu, dan lebih memilih bermain aman daripada mengambil risiko.

Pertahanan pun semakin rapat dan terorganisir, bagaikan tembok tebal yang sulit ditembus. Serangan-serangan yang dulu mengalir deras, kini tersendat-sendat seperti sungai yang kekeringan. Gol-gol indah yang dulu menjadi bumbu penyedap pertandingan, kini menjadi barang langka yang sulit ditemukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun