Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Raup Rp19,45 Triliun dari SBR013, Animo Masyarakat Berinvestasi Terus Bereskalasi

6 Juli 2024   07:21 Diperbarui: 6 Juli 2024   18:24 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Animo masyarakat terhadap penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel terbukti memang cukup tinggi. Hal tersebut tercermin lewat nilai pemesanan yang dicatatkan SBR013 yang penawarannya telah resmi ditutup pada Kamis 4 Juli 2024.

Mengutip Kontan.co.id, hingga waktu pemesanan ditutup, dua sub seri SBR013 berhasil meraup investasi sebesar  Rp19,45 triliun. Dengan rincian, SBR013T2 yang memiliki tenor 2 tahun dipesan sebesar Rp14,49 triliun dengan jumlah investor sekitar 48 ribu orang. 

Sementara SBR013T4 yang bertenor lebih panjang yakni 4 tahun, nilai pemesanannya sebesar Rp4,96 triliun dengan jumlah investor dikisaran 16 ribu orang.

Tambahan dari realisasi pemesanan SBR013, maka nilai total investasi yang berhasil diraup Pemerintah pada empat penerbitan SBN ritel dari awal tahun sampai dengan pertengahan tahun 2024, mencapai Rp81,18 triliun.

Angka tersebut merupakan setengah dari target Pemerintah untuk tahun 2024 yang berkisar antara Rp145-Rp160 triliun.

Dari sisi jumlah  investor, menurut catatan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu), total investor yang berinvestasi di tiga penerbitan SBN ritel sebelumnya yakni seri ORI025, SR020, dan ST012 sebanyak  153.733 investor, dan 39.361 orang diantaranya merupakan investor baru.

Jadi dalam setiap penerbitannya, berhasil menarik investor baru rata-rata sekitar 30 persen dari  jumlah total investor.

Fakta keren ini, menunjukan appetite  masyarakat untuk berinvestasi terus meningkat. Dapat diartikan bahwa tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia mulai membaik dan upaya literasi keuangan yang secara masif dilakukan oleh para stakeholder di sektor jasa keuangan menunjukan hasil positif, meski masih belum ideal.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan(OJK) yang dilakukan pada tahun 2022, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen, naik dibandingkan tahun 2019 yang hanya 38,03 persen.

Sementara indeks inklusi keuangan, mencapai 85,10 persen, naik dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 76,19 persen.

Selain itu, tingginya minat masyarakat berinvestasi di SBN ritel merupakan hasil upaya Pemerintah, dalam hal ini DJPPR-Kemenkeu dan para mitra distribusi dalam memperkenalkan dan memasarkan produk investasi fixed income  yang relatif baru, dibandingkan produksi investasi lain seperti saham atau reksadana, sehingga dikenal luas seperti sekarang.

Hingga saat ini, pemerintah terus berinovasi dalam mengembangkan produk SBN ritel, termasuk melalui peningkatan fitur-fitur produk, perluasan jaringan distribusi, dan kampanye edukasi kepada masyarakat.

Era SBN ritel di Indonesia dimulai dengan penerbitan Obligasi Ritel Indonesia seri ORI001, pada tahun 2006, pasca lahirnya Undang-Undang nomor 22 tahun 2002 tentang Surat Berharga Negara.

Menyusul kemudian Sukuk Ritel seri SR001 setelah Undang-Undang nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara diterbitkan, untuk memperluas pilihan investasi berbasis syariah bagi masyarakat.

Tahun 2012 Saving Bonds Ritel seri SBR001 pertama kali ditawarkan ke publik, dengan bunga mengambang dengan batas bawah atau floating with the floor.

Setelah menunggu selama 6 tahun, pada tahun 2018, Sukuk Tabungan seri ST001 diterbitkan pertama kali, agar pilihan investasi masyarakat semakin beragam terutama untuk instrumen investasi berlandaskan syariah.

Saya mengikuti betul perkembangan SBN ritel ini paling tidak selama 6 tahun terakhir. Setiap seri SBN ritel penawarannya dibuka, paling tidak dua artikel saya tulis.

Berbagai program pemasaran dilakukan baik secara online maupun online  oleh DJPPR bekerjasama dengan  berbagai pihak teritama para mitra distribusi di berbagai daerah dan komunitas di Indonesia.

Apabila diperhatikan karakteristiknya, sejatinya SBN ritel merupakan produk investasi yang nyaris tanpa cacat, sebagian investor yang pernah saya ajak berbincang menyebut SBN ritel serupa dengan instrumen investasi "safe heaven" hanpir pasti tak akan rugi, super duper aman karena dijamin dua undang-undang, imbal hasil dan pokoknya pasti dibayarkan tepat waktu.

Berbicara imbal hasilnya pun selalu disajikan dengan cukup menarik,  angkanya pasti di atas suku bunga acuan Bank Indonesia(BI) dan rata-rata bunga deposito di bank-bank besar di Indonesia.

Belum lagi, cara mentransaksikannya yang full online melalui sistem e-SBN sehingga sangat mudah dan agile buat dieksekusi.

Nilai minimal investasinya relatif "murah" bisa tsrjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, dengan uang Rp1 juta siapapun, sepanjang  memiliki KTP Indonesia bisa beinvestasi di semua seri SBN ritel.

Dengan deretan nilai positif seperti itu, seharusnya tak terlalu sulit memasarkan produk investasi sebagus SBN ritel, tapi kita harus memahami bahwa inklusi keuangan di Indonesia baru sampai tahap menabung dan kredit serta masih belum merata, bahkan di banyak wilayah masih banyak masyarakat yang bankable saja belum.

Oleh sebab itu butuh upaya yang lebih keras ketika memasarkan produk investasi. Namun demikian, belakangan pathway sudah berada di arah yang benar, pada saatnya yang mungkin tak akan terlalu lama lagil literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia akan meningkat secara optimal.

Kembali ke SBN ritel, setelah masa penawaran SBR013 ditutup, Pemerintah masih akan menerbitkan 3 seri SBN ritel di sisa tahun 2024, paling dekat Sukuk Ritel seri SR021 yang penawarannya akan dibuka mulai 23 Agustus 2024 sampai dengan 18 September 2024.

Kemudian Obligasi Ritel Indonesia seri ORI026 pada 30 September 2024 hingga 24 Oktober 2024. Terakhir Sukuk Tabungan Ritel seri ST013 yang rencana penawarannya akan mulai dilakukan pada 8 November 2024 sampai dengan 4 Desember 2024.

Melihat trennya, animo masyarakat untuk berinvestasi di SBN ritel sepertinya masih akan tinggi, apalagi jika imbal hasil yang ditawarkan kelak, kompetitif.

Lebih dari  sekedar cuan, bagi Pemerintah penerbitan SBN ritel ini sejatinya memiliki tujuan strategis, selain sebagai bentuk dari redistribusi asset juga untuk memperluas basis investor di dalam negeri sehingga dalam hal pembiayaan pembangunan nasional menjadi lebih mandiri.

Bagi masyarakat, berinvestasi di SBN ritel tak hanya sebatas menghasikanl cuan, tapi juga ikut serta secara langsung membiayai pembangunan negara, yang pada akhirnya bakal menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sumber: djppr.kemenkeu.go.id/sbnritel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun