Teman setia yang menemani saya mengisi hari-hari saat terbaring sakit beberapa waktu lalu adalah buku fisik berbagai judul dan genre.
Salah satunya, buku bertajuk " Tuesdays With Morrie" sebuah memoar mengharukan karya Mitch Albom, seorang penulis asal Amerika Serikat yang juga berprofesi sebagai jurnalis olahraga dan musisi, yang diterbitkan pada tahun 1997 dan sempat menjadi best seller international.
Buku ini berkisah tentang pertemuan kembali Mitch dengan gurunya yang sedang sakit parah, bernama Morrie Schwartz.
Keduanya telah kehilangan kontak selama bertahun-tahun, selepas Mitch menyelesaikan kuliahnya.
Namun, ketika Mitch melihat Morrie di acara televisi nasional, ia mengetahui bahwa Morrie menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), sebuah penyakit neurodegeneratif fatal yang menyerang sistem syaraf.
Mitch memutuskan untuk mengunjungi Morrie setiap hari Selasa, memulai serangkaian pertemuan yang mengubah hidupnya.
Sepanjang pertemuan-pertemuan tersebut, Morrie, yang semakin lemah secara fisik, berbagi kebijaksanaan dan pandangan hidupnya dengan Mitch.Â
Mereka membahas berbagai topik, termasuk cinta, kematian, keluarga, karier, penyesalan, dan makna hidup. Morrie, dengan caranya yang lembut dan humoris, mengajarkan Mitch tentang pentingnya menghargai setiap momen.
Urusan menghargai setiap momen benar-benar sangat menyentuh bagi saya yang saat itu sedang terkapar sakit, saat sehat nyaris tak pernah merasa perlu untuk bersyukur atas kesehatan yang diberikan dan kerap meributkan hal-hal yang remeh temeh, alih-alih melepaskan hal-hal yang tidak penting, dan menemukan kebahagiaan dalam hubungan antar manusia.
Salah satu pelajaran paling berharga lain yang Mitch dapatkan dari Morrie adalah tentang pentingnya cinta dan kasih sayang.Â
Morrie mengajarkan bahwa cinta adalah kekuatan yang paling kuat di dunia dan bahwa kita harus selalu berusaha untuk memberikan dan menerima cinta dalam hidup kita.Â