ST011 T2 dan ST011 T4 sudah berhasil melampaui rekor pemesanan tertinggi sepanjang sejarah penerbitan seri Sukuk Tabungan selama ini.
Dua hari menjelang penutupan masa penawaran pada 6 Desember 2023, nilai pemesanan Surat Berharga Negara ritel berbasis Syariah sub seriMengutip data dari mitra distribusi investree hingga  Senin, 4  Desember 2023, pukul 08.01 nilai pemesanan ST011 telah mencapai Rp. 17,65 triliun, dengan perincian,  ST011 T2 yang memiliki masa jatuh tempo atau tenor 2 tahun, dengan imbal hasil 6,3 persen per tahun, dipesan sebesar Rp. 12,15 triliun dan ST011 T4 dengan tenor 4 tahun, berimbal hasil 6,5 persen per tahun nilai pemesanannya mencapai Rp.5,5 triliun.
Angka pemesanan ST011 yang cukup tinggi ni, menandakan animo masyarakat terhadap penerbitan instrumen keuangan fixed income berbasis syariah ini sangat meriah
Untuk memenuhi derasnya hasrat masyarakat yang tinggi untuk berinvestasi di instrumen investasi "Hijau" tersebut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu) selaku penerbit dan pengelola ST011, sampai harus menambah kuota pemesanan nasional beberapa kali hingga totalnya mencapai lebih dari dua kali lipat, yang awalnya sebesar Rp. 8 triliun, sampai hari ini menjadi Rp.18,5 triliun dan ada kemungkinan ditambah lagi.
Sejatinya, tak ada yang aneh dengan capaian ini, lantaran "barang" yang di provide oleh Kemenkeu itu merupakan instrumen investasi yang extraordinary.
Keamanannya, ultimate, karena  pokok dan imbal hasil ST011 pasti dibayarkan, dengan dasar dua undang-undang sekaligus, Undang -Undang nomor 19 tahun 2009 tentang Surat Berharga Syariah Negara(SBSN) dan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Selain itu imbal hasl yang ditawarkan oleh SBN ritel terakhir yang diterbitkan tahun ini pun cukup menarik, di atas Suku bunga acuan Bamk Indonesia yang sebesar 6 persen, serta jauh di atas suku bunga rata-rata di bank-bank besar Indonesia yang berkisar di angka 4,25 persen.
Istimewanya, ST011 menawarkan imbal hasil mengambang dengan batas minimal alias flooting with the floor, yang memungkinkan imbal hasilnya bisa naik tapi tak akan bisa turun dari imbal hasil yang ditawarkan saat awal penerbitannya.
Eh iya, pajak atas imbal hasilnya pun cukup menarik, hanya 10 persen saja, bandingkan dengan besaran pajak atas suku bunga deposito yang sebesar 20 persen.
Di samping itu, lantaran ST011 ini diterbitkan dengan basis Syariah, kehalalannya sangat terjaga karena dalam setiap langkah penerbitan dan pengelolaannya so pasti "syariah banget" diawasi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
Dan jangan lupa ST011 ini juga merupakan instrumen investasi fixed income syariah i hijau alias green sukuk, yang seluruh hasil investasinya akan dipergunakan untuk pembangunan proyek-proyek Pemerintah yang berwawasan hijau.