Laju pemesanan Surat Berharga Negara (SBN) ritel sub seri ORI024 T3 bertenor 3 tahun dengan imbal hasil 6,10 persen per tahun dan ORI024 T6 dengan tenor 6 tahun berimbal hasil 6,35 persen per tahun, berjalan lebih lambat dibandingkan penerbitan-penerbitan SBN ritel di tahun 2023 lainnya.
Hingga beberapa jam sebelum penutupan penawaran pada 2 November 2023 Pukul 10.00, mengutip data dari salah satu mitra distribusi Investree, hingga Kamis (02/11/2023) dini hari secara akumulatif jumlah pemesanan kedua seri ORI024 baru mencapai Rp.14.294.288.000.000.
Dengan perincian, pemesanan ORI024 T3 sebesar Rp. 11.684.438.000.000, dan ORI024 T6 sebesar Rp.2,609,850,000,000.
Angka ini masih di bawah kuota pemesanan nasional yang ditetapkan Pemerintah sebesar Rp.18,5 triliun, kurang sekitar Rp. 4,2 triliun.
Jika rekapitulasi resmi telah dirilis Kementerian Keuangan dan hasilnya menunjukan bahwa jumlah pemesanan tak melampaui Rp 15 triliun, maka pemesanan ORI024 bisa jadi yang terendah sepanjang 2023.
Dalam penerbtan sebelumnya, mengutip data dari Kemenkeu, SBR 012 yang dirilis Pemerintah pada pada bulan Januari 2023, realisasi pemesanannya mencapai Rp.22,18 triliun.
Kemudian, seri SR018 yang diterbitkan pada bulan Maret 2023 berhasil meraup investasi masyarakat sebesar Rp. 21,49 triliun.
Selanjutnya, ada ST 010 yang ditawarkan mulai awal hingga akhir Mei 2023, nilai pemesanannya sebesar Rp. 15 triliun.
Di penerbitan SBN ritel keempat untuk tahun 2023, yakni seri ORI023 yang ditawarkan alhir Juni hingga pertengahan Juli 2023, Â jumlah realisasi pemesanannya memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel di Indonesia, mencapai angka Rp.28,9 triliun.
Dan terakhir sebelum ORI24 ditawarkan, pada awal September 2023, Pemerintah menawarkan SR019, yang realisasi pemesanannya pun cukup tinggi, yakni sebesar Rp.24,33 triliun.
Jika dibandingkan dengan SBN ritel sebelumnya, memang pergerakan pemesanan ORI024 kurang begitu laju, tetapi bukan berarti investor tak lagi doyan cuan dari instrumen keuangan fixed income pelat merah ini atau pihak penerbit salah kalkulasi.