Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Layak kah Jessica Wongso Disebut Sebagai Pembunuh?

29 September 2023   06:03 Diperbarui: 29 September 2023   07:30 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menonton film dokumenter memang tak seasyik menyaksikan film bergenre drama, kalah seru dibandingkan film eksyen, apalagi genre romantic-comedy.

Namun menonton Ice Cold: Murder, Coffe, and Jessica Wongso, film dokumenter yang menyajikan kembali getirnya "sinetron" hukum  "Kopi Sianida"yang  ditayangkan layanan video streaming Netflix, sedikit berbeda, seolah ada keasyikan tersendiri.

Mungkin karena saya dan hampir seluruh maayarakat Indonesia saat itu terlibat secara emosional dengan kisahnya.

Seperti biasa, film dokumenter bersifat naratif, dihiasi dengan wawancara para pihak yang terlibat dalam kisah yang mengharu biru seluruh masyarakat Indonesia di awal hingga pertengahan tahun 2016 tersebut.

Tadinya saya pikir dokumenter ini akan berbentuk film seri, tapi ternyata hanya sebuah film lepas berdurasi 86 menit saja.

Waktu yang kurang panjang sebenarnya, untuk memaparkan sebuah peristiwa hukum yang rumit seperti kasus Kopi Sianida ini. Makanya tak heran jika penyajian dokumentasinya tak terlalu mendalam.

Apalagi dalam teaser-nya, Netflix menyebutkan bahwa ada sesuatu yang baru dalam dokumenter ini, dan tak pernah diungkapkan sebelumnya.

Memang ada sih novelty-nya, sayangnya itu tak berbentuk audio visual hanya  narasi dari buku harian Jessica yang sedikit memaparkan potongan peristiwa tersebut dari sudut pandang dirinya.

Dugaan saya, hal tersebut terjadi bukan karena produser tak berminat untuk menggali lebih dalam, tetapi karena keterbatasan nara sumber yang bisa dan mau mengungkapkan rangkaian kasus ini secara lebih detil dan lengkap.

Dugaan ini berdasarkan pada fakta yang diungkapkan di film itu,  untuk mewawancarai Jessica saja terkesan dihalang-halangi, ada sih wawancara dengan Jessica  tapi waktunya sangat pendek, karena wawancaranya tersebut diberhentikan seketika oleh seseorang yang dalam dokumenter tersebut digambarkan tanpa sosok, hanya terdengar suaranya saja.

Contoh lain dari kurang lengkapnya narsum ini, terlihat jelas dari tak adanya satu pun pihak dari kepolisian yang saat itu menangani penyidikan dan penyelidikan kasus ini yang diwawancarai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun