Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Oppenheimer: Sekarang Aku Menjadi Kematian, Penghancur Dunia

18 Juli 2023   13:44 Diperbarui: 23 Juli 2023   00:40 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu film paling ditunggu tahun 2023 adalah film berjudul "Oppenheimer" yang digarap dengan sangat serius oleh salah satu Sutradara top dunia, Chistopher Nolan. 

Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata ini, mulai diputar di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia pada Rabu, 19 Juli 2023 besok, lebih cepat 2 hari dibandingkan pemutaran komersial di Amerika Serikat yang baru akan mulai dilangsungkan pada 21 Juli 2023 mendatang.

Oppenheimer yang merupakan film bergenre biographical drama ini, oleh sejumlah pengamat film dunia dianggap akan menjadi "penyelamat" situasi perfilman Hollywood yang kini tengah lesu darah, akibat kurangnya pasokan film bermutu.

Film ini berkisah tentang periode krusial saat seorang fisikawan teoritis kelahiran Amerika Serikat dari akar keturunan Yahudi, bernama lengkap Julius Robert Oppenheimer, lewat sebuah program bernama "The Manhattan Project" merancang dan membuat bom nuklir dengan berbagai kompleksitas kelimuan dan politiknya, yang pada akhirnya, hasil ciptaanya tersebut mengubah seluruh konstelasi geopolitik dunia, yang efeknya masih terasa hingga sekarang.

Bom atom hasil kerja Oppenheimer bersama para fisikawan lain seperti Enrico Fermi dalam The Manhattan Project itulah yang kemudian digunakan oleh militer AS untuk meluluhlantakan dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki yang membuat ratusan ribu jiwa melayang, untuk mengakhiri perang Dunia II pada tahun 1945.

Fakta ini membuat Oppenheimer menderita secara mental, ia merasa bersalah,  karena bom atom ciptaannya kemudian digunakan untuk membunuh dan merusak kehidupan manusia dan alam disekitarnya.

Nah, perasaan bersalah inilah yang digambarkan Nolan lewat film yang memotret perjuangan moral dan dilema yang dihadapi oleh Oppenheimer dalam menciptakan senjata yang sangat destruktif ini.

Dengan perpaduan drama pribadi dan sejarah yang diikat dalam skenario yang cukup kuat olahan Nolan," Oppenheimer" mampu mempertanyakan etika moral dan dampak dari sebuah penemuan ilmiah yang memiliki implikasi sangat besar bagi dunia dan seluruh isinya.

Penyesalan Oppenheimer atas "unintended consequences" dari peran krusialnya dalam penciptaan bom atom itu, ia ungkapkan 20 tahun pasca peristiwa Hiroshima dan Nagasaki berlalu, dengan mengutip kata-kata Baghawad Gita, Oppenheimer berujar:

 "Sekarang aku menjadi kematian, penghancur dunia" (Now I am become Death, the destroyer of worlds). 

Kutipan yang kemudian menjadi tagline dari film "Oppenheimmer" ini menggambarkan rasa bertanggung jawab dan rasa bersalah mendalam yang dialaminya, pasca menyaksikan fakta betapa dahsyat daya hancur bom atom ciptaanya, yang membuat ratusan ribu jiwa melayang dan jutaan lain terkena dampaknya.

Casting dan Sinematografi

Apabila kita telusuri lewat peramban google atau via platform media sosial lainnya atau siniar di Youtube atau Spotify, kita akan dengan mudah menemukan kisah Oppenheimer tersebut dari berbagai sudut pandang baik itu yang bersifat positif, negatif maupun hal lain yang masih menjadi kontroversi dari sosok ilmuwan yang lahir di New Yotk pada 22 April 1904 ini.

Namun untuk film ini, Nolan yang juga menjadi penulis skenario film Oppenheimer, mengaku merujuk pada buku biografi Oppenheimer peraih Pullitzer untuk kategori Biografi/Otobiografi bertajuk "American Promotheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer" yang ditulis oleh Kai Bird dan Martin J. Sherwin yang pertama kali diterbitkan pada 2005.

Untuk urusan casting, Film yang bersetting di Amerika Serikat tahun 1940-an tersebut memiliki ensambel artis yang cukup keren, sosok Oppenheimer diperankan oleh aktor asal Irlandia Gillian Murphy, ia merupakan pemeran utama dalam salah satu serial paling banyak ditonton di Netflix, "Peaky Blinders" dan di bawah arahan Nolan juga ia menjadi pemeran utama dalam film drama perang "Dunkirk"

Kemudian Emily Blunt aktris papan atas yang juga kelahiran Irlandia dan terkenal lewat perannya di film The Devil Wear Prada, bermain sebagai Kitty Oppenheimer istri dari J. Robert Oppenheimer.

Robert Downey Jr yang dikenal lewat perannya sebagai Tony Stark di film-film superhero Marvel Universe berperan menjadi Lewis Strauss pemimpin The Manhattan Project.

Matt Damon aktor yang sangat terkenal lewat film franchise "Jason Bourne," sebagai Leslie Groves, perwira tinggi milter AS berpangkat Letnan Jenderal yang berperan besar dalam The Manhattan Project.

Selain keempat pemeran utama di atas, ada nama-nama lain seperti Florence Pugh yang berperan sebagai Jean Tatlock aktivis komunis yang juga merupakan selingkuhan Oppenheimer, Kenneth Branagh, Josh Harnett, Casey Affleck, Gary Oldman dan sederet artis keren lainnya.

Dalam penggarapan sinematografinya pun film berdurasi 3 jam ini luar biasa. Christopher Nolan memang dikenal sebagai sutradara yang gemar mengutamakan adegan realistis ketimbang menggunakan CGI serta meminimalisir penggunaan efek visual.

Hal tersebut juga dilakukan Nolan dalam pembuatan film terbarunya tersebut, dalam adegan paling krusial di film ini, saat uji coba bom atom pertamakalinya di wilayah Los Alamos New Mexico, ia menciptakan kembali kode peledakan bom atom yang disebut Trinity itu, sehingga adegannya itu, memang seperti adegan nuklir sungguhan tanpa efek teknologi yang biasa digunakan di film-film.

Dan, format dalam penayangannya akan dilengkapi teknologi IMAX terbaru 65 mm dan 65 mm widespread. Dengan format tayangan seperti ini akan menghasilkan gambar yang paling terang, jernih dan sangat tajam, karena resolusi dan teknologi warnanya sangat maju. Suaranya pun akan terdengar lebih mantap dan alami, serasa nonton 3D tanpa kacamata.

Mengutip Asosiated Press, dalam hal skenarionya pun, Nolan menghadirkan cara baru dalam penulisannya, di mana ia meggunakan sudut pandang orang pertama, dalam hal ini prespektif subjektif Oppenheimer semata.

Sehingga cerita keseluruhan dari film ini, merupakan angle dan interpretasi dari Oppenheimer, apabila kemudian ada sudut pandang dari pihak lain atau dilihat secara universal dan obyektif, Nolan akan mengubah visual filmnya jadi berwarna hitam putih.

Secara teknis sinematografi dan bobot ceritanya pun Oppenheimer ini memang sangat pantas untuk ditonton, apalagi dengan gimmick pemasaran yang gencar dilakukan pihak Universal Studio, rasanya tak salah jika film Oppenheimer ini dianggap bakal menjadi penyelamat blocbuster movie di musim panas ini, yang cenderung dingin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun