Namun, seperti metafora bola itu bundar diparagraf awal, tak selamanya tim yang jauh diunggulkan pasti memenangkan sebuah pertandingan sepakbola.
Bisa jadi sebuah klub menguasai jalannya pertandingan sepakbola 80 persen dan menyerang sepanjang laga, bisa kalah hanya dengan satu serang lawannya dan gol.
Dan Inter Milan, jika kita amati pola.permainanya sangat mungkin melakukan ini, mereka dikenal pertahanannya yang kuat dengan serangan balik yang cepat.
Hasil akhir sepakbola itu adalah misteri, bukan ilmu eksata seperti matematika, permainan ciamik dengan kualitas pemain dan pelatih hebat tak selalu menghasilkan kemenangan.
Tentu kita masih ingat, di Piala Dunia Qatar 2020 siapa sangka Arab Saudi mampu menekuk Argentina.
Sepanjang pertandingan Argentina mengurung Arab Saudi, serangan bertubi-tubi terus menghantam pertahanannya, tapi hanya lewat dua serangan sporadis justru Arab Saudi-lah yang menghasilkan dua gol, sementara Argentina yang terus menyerang  sepanjang 90 menit hanya mampu mencetak satu gol.
 It's football everybody...selain urusan teknis dan mental ada keberuntungan juga terkadang datang berkelindan dalam sebuah kemenangan.
Walaupun secara realistis dan objektif berkaca pada kualitas yang ada, Manchester  City lebih berpeluang mengangkat trophy "si kuping besar" musim ini untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, sekaligus melengkapi raihan Treble Winner dalam satu musim.