Bahkan jika kemudian di tengah jalan kuota yang ditawarkan laju penyerapannya sangat cepat sehingga kuota tambahan tersebut diperhitungkan tak akan sampai pada akhir masa penawaran, Â bisa saja di jam-jam tertentu kuota yang disediakan nihil alias nol.
Namun bukan berarti tak akan ditawarkan lagi di jam yang lain dan kuota tambahan tersebut sudah habis, tapi untuk menjaga agar ST 010 T2 tetap dapat dipesan hingga tutup masa penawarannya.
Animo masyarakat yang begitu besar terhadap ST 010, seperti ini belakangan memang menjadi pemandangan biasa, karena appetite masyarakat untuk berinvestasi memang lagi tinggi-tingginya.
Sementara instrumen investasi dengan karakteristik seperti Surat Berharga Negara dan Surat Berharga Syariah Negara Ritel yang aman, nyaris bebas risiko, nyaman dan mudah dalam mentransaksikannya serta imbal hasil yang sangat menarik ini jarang ada di pasar keuangan Indonesia.
Apalagi minimal investasinya pun sangat murah, cukup dengan uang Rp. 1 juta saja kita sudah bisa memiliki 1 unit SBN atau SBSN ritel ini.
Ini sebenarnya bisa menjadi peluang bagi korporasi swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk bisa menggali pendanaan murah dari masyarakat lewat penerbitan obligasi ritel seperti ini.
Meskipun tentu saja harus dilakukan dengan berbagai modifikasi, karena SBN atau SBSN ritel seperti ST 010 pasti aman lantaran pembayaran pokok dan imbal hasilnya di jamin oleh 2 undang-undang sekaligus, sehingga nyaris mustahil gagal bayar atau default.
Priviledge yang tak dimiliki oleh korporasi swasta atau BUMN, meski masih sangat mungkin disiasati dengan cara lain, yang penting masyarakat yakin bahwa investasinya itu aman, mudah, nyaman dan imbal hasilnya menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H