Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pendukung Anies Baswedan, Sabotase Kemungkinan Menang Bakal Calon Presidennya Sendiri

27 April 2023   12:33 Diperbarui: 28 April 2023   08:11 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga tulisan ini dibuat, pada Kamis (27/04/2023) siang, saya belum memutuskan untuk memilih siapa dalam Pemilu dan Pilpres 2024, meskipun most likely, hampir dapat dipastikan tak akan memilih Anies Baswedan dan siapapun partai yang mendukungnya.

Alasannya, cara berpikir dan prespektif  politik, sosial, ekonomi, dan budaya saya tak sejalan dengan para pendukung Anies Baswedan, itu saja. Sebagai personal, tak ada yang salah dengan Anies, pendidikannya bagus, attitude-nya juga tak jelek, rekam jejaknya tak buruk-buruk amat.

Cap Islam garis keras yang cenderung menggunakan politik identitas dalam perhelatan demokrasi yang dilekatkan sebagian pihak kepada Anies pun, saya kira kurang fair, lantaran sepanjang dirinya berkiprah di dunia politik, saya belum pernah mendengar, bahwa Anies terlibat langsung merancang jargon kampanye yang berkaitan dengan politik identitas.

Apa yang terjadi pada Pilkada DKI 2017, yang kemudian menjadi semacam momen inagurasi bagi Anies untuk disebut sebagai "bapak politik identitas" seperti disematkan sebagian pihak, tak bisa juga membuktikan secara empiris bahwa Anies ikut berperan aktif dalam mengusung apa yang disebut "jual mayat dan ayat" demi kemenangannya di Pilkada yang sangat fenomenal tersebut.

Salahnya Anies, ia tak terdengar melarang atau setidaknya memberikan klarifikasi setelah kontestasi politik di DKI itu selesai, ia malah memanas-manasi situasi dengan pernyataan terkait "pribumi" dalam pidato pertamanya sebagai Gubernur DKI, saat itu.

Jadi intinya, Anies Baswedan sebenarnya sangat layak untuk diusung sebagai seorang bakal calon presiden yang juga sangat layak untuk dipilih.

Dalam prespektif saya, sayangnya kelayakan Anies untuk dipilih ini tak didukung oleh infrastruktur pendukungnya. Mengutip sejumlah pengamat politik nasional, 80 persen pendukung Anies adalah pihak yang selama ini berseberangan dengan Jokowi.

Anies Baswedan dianggap sebagai simbol bagi perlawanan mereka terhadap rezim Pemerintahan Jokowi, artinya dukungan yang diberikan kepada Anies lebih bersifat emosional dibandingkan rasional.

Saya tak terlalu memahami bagaimana mereka mau mendukung kemenangan Anies sebagai Presiden Indonesia ke-8 dengan mengesampingkan hal-hal yang rasional seperti misalnya jumlah rakyat yang dalam dua pemilu terakhir menduung Jokowi.

Para pendukung Anies, karena sebagian besar dihuni oleh"pembenci" Jokowi dan Pemerintahannya, narasi yang dibangun dalam mendukung Anies, lebih banyak menyerang Pemerintah Jokowi baik yang berdasarkan data-data valid maupun tanpa dasar cenderung menjadi ujaran kebencian.

Padahal secara matematis, 58 persen lebih masyarakat Indonesia yang memiliki hak pilih merupakan pemilih Jokowi. Ceruk ini lah yang seharusnya mereka bisa mobilisasi agar mau memilih Anies, bukan malah dimusuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun