Menggantungkan harapan tinggi berdasarkan kecintaan pada suatu hal, tanpa mengindahkan fakta teknis di lapangan, biasanya akan berakhir kekecewaan.
Itulah yang terjadi pada harapan tinggi masyarakat di Tanah Air kita tercinta ini terhadap Timnas sepakbola Indonesia, yang terdepak dari ajang Piala AFF 2023, Senin (09/01/23) malam, setelah kalah dari Vietnam dengan skor 0-2 di leg kedua babak Semifinal.
Mungkin para penggemar sepakbola Indonesia, tak akan terlalu kecewa andai skuad Garuda senior bermain bagus, menciptakan banyak peluang, lewat penampilan taktis yang ciamik.
Sayangnya permainannya acak kadut, jangankan "created chances," terlihat jelas visi bermainnya lemah, bahkan sekedar melakukan passing aja tak jelas arahnya
Makanya dalam statistik, Timnas Indonesia mencatatkan, shot on target-nya nol. Secara kasat mata pun kita melihat tak ada peluang bersih yang bisa diciptakan para pemain Indonesia.
Kecewa karenanya? Tentu saja, wong ekspektasinya tinggi kok. Wajar sih sebenarnya karena dasar harapannya tak beranjak dari rasionalitas tapi patriotisme, kecintaannya terhadap negara, jadinya mengabaikan kenyataan di lapangan.
Meskipun jauh di lubuk hati para pecinta sepakbola nasional, sejak dari awal sudah mafhum bahwa secara kualitas jika dibandingkan dengan Timnas Vietnam dan Thailand, Timnas Indonesia sedikit di bawah mereka.
Namun, karena "bola itu bundar" segala kemungkinan bisa saja terjadi dalam sepakbola, makanya harapan tinggi untuk meraih gelar juara turnamen resmi antar negara-negara di Asia Tenggara, Piala AFF, tetap digantungan oleh pecinta sepakbola di Negara +62 ini.
Alhasil ketika harapan tinggi itu membuncah mengalahkan rasionalitas, dan mendapati fakta bahwa harapan itu tak tercapai, rundungan langsung menghujam pada seluruh punggawa timnas Indonesia, terutama pelatihnya, Shin Tae Yong.
Seperti biasa, koor dari para penggemar sepakbola akan menggema ketika mendapati prestasi timnas kesayangannya tak memenuhi harapan merekaÂ
"Pecat Shin Tae Yong"