Saya bukan dokter atau pun tenaga kesehatan, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang sebuah penyakit.
Namun saya mengumpulkan banyak informasi dari sejumlah sumber kredibel terkait salah satu kondisi kesehatan yang dikenal dengan nama STROKE.
Stroke menurut World Stroke Organization dalam International Journal of Stroke yang dirilis tahun 2022, Stroke menjadi penyebab kematian nomor dua dan penyebab disabilitas tertinggi nomor 3 di dunia.
Berdasarkan kajian mereka, dalam dua dekade terakhir terjadi kenaikan jumlah penderita stroke, 86 persen diantaranya berakhir dengan kematian.
Sementara stroke yang berakhir menjadi penderita disabilitas sebanyak 89 persen. Kondisi ini terutama terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah.
Lantaran menjadi penyebab kecacatan permanen konsekuensinya berpengaruh besar terhadap produktivitas penderitanya.
Tak sampai disitu saja, karena biaya perawatan dan pengobatan stroke cukup besar sedangkan si penderita sudah tidak produktif lagi, maka akan menimbulkan kesulitan finansial bagi keluarga penderita.
Fakta ini terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan dalam 3 Â tahun terakhir, mulai dari awal 2016 hingga akhir 2018, terjadi peningkatan penyakit katastropik terutana stroke, tak kurang dari Rp. 4 triliun dikeluarkan untuk membiayai penyakit tersebut.
Keluarga saya pun pernah mengalami kondisi seperti ini. Dua anggota keluarga saya terkena stroke selama bertahun-tahun, tak bisa bergerak sama sekali.
Hari-harinya hanya tergeletak saja di atas kasur. Seluruh kegiatan hariannya praktis dilakukan di sana.
Cukup berat bagi kami, karena selain biaya, kita semua harus ikut serta mengurus hidupnya sehari-hari, mulai dari mengenakan baju, makan, hingga buang air besar.