Efek positif yang sangat berpotensi diraih Nasdem dari pencalonan Anies sebagai capres 2024, paling mungkin adalah coat tail effect atau efek ekor jas yang harapannya suara pemilih Anies bisa dikonversi menjadi suara Nasdem.
Namun, dalam saat bersamaan Nasdem pun berpotensi kehilangan suara dari para pemilih Jokowi pada dua pilpres sebelumnya, 2014 dan 2019, karena pada dasarnya calon pemilih Anies berlawanan 180 derajat dengan pemilih Jokowi.
Selain itu Nasdem, sesaat setelah mengusung Anies sebagai capres 2024, beberapa pernyataan petinggi Nasdem seolah lupa bahwa hingga saat ini mereka masih merupakan anggota koalisi Pemerintah Jokowi.
Terakhir seperti dilansir sejumlah media daring, salah satu petinggi Nasdem, Zulfan Lindan dengan tegas menyebut bahwa hal utama yang menjadi alasan Nasdem memilih Anies Baswedan sebagai capresnya untuk Pemilu 2024 lantaran Anies adalah antitesa dari Jokowi.
"Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebagai tesa, tesis, berpikir dan kerja, tesisnya kan begitu Jokowi. Lalu kita mencari antitesa, antitesannya apa? Dari antitesa Jokowi ini yang cocok itu, Anies," kata Zulfan, seperti dilansir Detik.com. Selasa (11/10/22)
Antitesa secara umum memiliki pengertian kondisi yang sama sekali berbeda, berlawanan 180 derajat dengan kondisi status quo. Dalam uraiannya Zulfan menyebutkan bahwa pemilihan Anies sebagai capres Nasdem sudah berdasarkan kajian filsafat dengan konsep dialektika Hagel, yang dirumuskan oleh filsuf Jerman Frederich Hagel.
Dalam teori ini, ada dua hal yang dipertentangkan untuk kemudian didamaikan, dengan sebutan Tesa dan Anti Tesa, keduanya saling bertentangan.Dengan demikian dialektika tersebut dapat diartikan sebagai pergerakan dinamis menuju perubahan.
Apakah perubahan itu menuju ke arah yang positif atau negatif, tergantung kepada para pelakunya. Seperti misalnya reformasi 98 Tesa-nya susunan politik orde baru yang otoriter dan antitesa-nya orde reformasi yang lebih demokratis.
Pertanyaannya, apakah memang saat ini kondisinya memang urgent untuk mengusung antitesa yang berbeda sama sekali dengan kondisi saat ini?
Dalam konteks politik oposisi tentu saja urgent, toh apapun yang dilakukan oleh Pemerintah Jokowi di mata kaum oposisi tak ada yang benar.
Namun dalam konteks Nasdem yang merupakan bagian dari Pemerintahan Jokowi, sungguh sangat aneh. Berarti selama ini dukungan mereka terhadap jalannya Pemerintahan Jokowi tak tulus, cenderung munafik, lain di bibir lain dihati.