Fakta lain terkait sikap Partai Demokrat terhadap keberadaan PT 20 persen, bisa dibaca dalam berita yang dilansir Republika. Co.id pada 28 Mei 2013 dengan judul kepala berita "Sering Kalah di Pemilukada, Partai Demokrat Pertahankan 'Presidential Threshold' "
Mengutip pernyataan salah satu Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR-RI saat itu, Nurhayati Assegaf bahwa Demokrat bersikukuh untuk mempertahankan PT 20 persen.
"Demokrat tidak pernah mementingkan kepentingan sesaat,” katanya, saat itu.
Bahkan, apabila mundur lebih jauh yang menginisiasi keberadaan PT 20 persen adalah Partai Demokrat dan partai-partai koalisi pemerintahan menjelang Pemilu 2009.
Saat itu kekuatan politik Demokrat sangat besar, mereka merupakan partai pemenang Pemilu dengan raihan suara sebesar 20,85 persen, dengan perolehan kursi di DPR-RI sebanyak 148 kursi atau lebih dari 25 persen dari jumlah kursi legislatif yang diperebutkan dalam Pemilu 2009.
Makanya tak heran jika dengan percaya diri mereka bersikukuh agar PT tetap 20 persen.
Setali tiga uang dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang kini bermaksud menggugat PT 20 persen ke MK. Pada saat berada di Pemerintahan berkoalisi dengan Partai Demokrat pada jaman Presiden SBY. PKS bersikukuh mendukung PT 20 persen.
"PKS posisinya mempertahankan PT yang sekarang karena sulit kalau PT terlalu kecil. Secara psikologis jika angka terlalu kecil menggambarkan pemerintah yang tidak stabil," ujar Sekretaris Fraksi PKS Abdul Hakim saat itu, seperti dilansir Kompas.com,Jumat (28/06/13).
Bukan hanya sekali atau dua kali pernyataan dukungan terhadap PT 20 persen dilontarkan oleh PKS baik secara kepartaian maupun secara individu pada masa-masa mereka berkuasa, tentu saja narasi yang dibangun untuk mempertahankan PT 20 persen itu juga demi kepentingan rakyat.
Namun semuanya, sekarang berbalik mereka mati-matian menginginkan PT 20 persen di hapus dengan alasan juga untuk kepentingan rakyat.
Dua upaya yang tujuannya bertolak belakang, tetapi alasan yang digunakannya sama "demi kepentingan rakyat." Membingungkan bukan? sungguh di luar nalar sehat.