Nah, ini lah yang menimbulkan  sedikit kekhawatiran bagi saya , lantaran bisa jadi para kaum pelaju yang biasanya menggunakan kendaraan pribadi beralih menggunakan KRL
Sehingga moda transportasi umum tersebut akan bertambah penuh, padahal situasi  KRL sendiri belum sepenuhnya terkontrol akibat perubahaan pola perjalanan dan jadwal yang mulai dberlakukan tanggal 28/05/22) pekan lalu.
Seperti kita tahu, situasi crowded nyaris chaos terjadi pada jam-jam sibuk pergi dan pulang  saat hari kerja di Stasiun transit Manggarai dalam seminggu terakhir ini akibat perubahan pola perjalanan KRL
Meskipun PT.KCI selaku operator KRL telah berupaya keras untuk mengeliminir kekisruhan, tapi tetap saja penumpang KRL kerepotan menghadapi kondisi tersebut.
Hal itu terjadi karena fasilitas pendukungnya belum siap benar menghadapi jumlah penumpang transit dari arah Bogor, Depok, Nambo dan Bekasi yang membludak dalam waktu bersamaan.
Apalagi sekarang KRL harus menerima limpahan penumpang tambahan hasil dari pemberlakukan kebijakan ganjil genap.
Menurut catatan PT KCI, Â pemberlakuan kembali kebijakan ganjil genap sebelumnya berdampak pada meningkatnya jumlah penumpang hingga 6 persen.
Apalagi saat ini seluruh kantor-kantor sudah mewajibkan karyawannya untuk bekerja dari kantor, bisa jadi limpahan penumpangnya lebih tinggi lagi.
Sejatinya, kebijakan ganjil genap ini diberlakukan memang mengarahkan para pengguna kendaraan pribadi untuk lebih memilih memakai moda transportasi umum sehingga kemacetan di Jakarta tak semakin menjadi.
Namun, tujuan baik ini bisa jadi menimbulkan masalah baru jika tak dibarengi dengan perbaikan kualitas dan kapasitas transpotasi umum.
Artinya harus ada koordinasi dan komunikasi kebijakan yang baik antar para pemangku kepentingan transpotasi darat di seluruh wilayah Jabodetabek termasuk dengan operator KRL dan TransJakarta.