Balapan Moto GP yang diselenggarakan di Sirkuit Mandalika Lombok Nusa Tenggara Rakyat dianggap mewakili kepentingan politik Pemerintah dalam hal ini Jokowi dan para pendukungnya.
Sedangkan Balapan Formula E yang diselenggarakan di Sirkuit "dadakan" Ancol dianggap menjadi personifikasi kaum oposisi dengan sosok Gubernur DKI jakarta Anies Baswedan sebagai simbol "pemimpinnya."
Kita tahu lah, hal tersebut merupakan bagian dari manifestasi polarisasi politik di tengah masyarakat Indonesia yang mulai dapat dirasakan sejak Pilpres 2014, mendaki pada Pilkada DKI 2017 dan mencapai puncaknya dalam Pilpres 2019.
Setelah itu apapun persoalannya, dimungkinkan atau tidak, hampir selalu ditarik ke ranah " pihak A (cebong) vs pihak B (kampret)"
Lapang kurusetra kedua kelompok hasil polarisasi ciptaan para politisi tak senonoh negeri ini adalah dunia digital terkhusus media sosial.Â
Keduanya bahkan mempermasalahkan hal yang sama sekali tak ada kaitan langsung dengan kehidupan di Indonesia seperti konflik Rusia dengan Ukraina, hal tersebut kemudian menjadi ajang pertempuran dua pihak itu.
Apalagi yang berhubungan langsung seperti penyelenggaraan dua balapan di dua sirkuit berbeda ini.Â
Para pendukung Jokowi mati-matian mempromosilan dan membela gelaran Balapan MotoGP.
Sedangkan para oposan yang sebagian besar merupakan pendukung Anies Baswedan menjadi "Die Hard" ajang balapan Formula E.
Keduanya, terpampang jelas berbeda, yang disetujui oleh kelompok A tanpa  ba bi bu bakal ditentang oleh kelompok B tanpa perlu memiliki dalih valid apapun, dan begitupun sebaliknya