Kalau mau obyektif, beberapa bulan belakangan performa Pemerintahan Jokowi memang sedang menurun.
Mulai dari carut marut penata kelolaan niaga minyak goreng hingga gaduh lantaran isu perpanjangan masa jabatan dan isu 3 periode menyita energi masyarakat untuk terus berpolemik.
Selain itu kenaikan berbagai bahan kebutuhan pokok lain pun mulai menggerus kesabaran masyarakat.
Sejumlah kebijakan yang dilansir Kabinet Indonesia Maju pun terlihat tak berpihak kepada masyarakat, seperti misalnya kenaikan PPN dan perluasan obyek pajak terkena PPN pun menambah beban berat ekonomi rakyat yang memang sedang dalam kondisi sulit akibat Pandemi Covid-19.
Namun demikian, kondisi buruk ini tak serta merta memberi legitimasi bagi siapapun untuk seenaknya menuntut Jokowi agar meletakan jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia, apalagi melalui jalur ekstra parlementer, demo jalanan seperti yang direncanakan akan dilakukan Senin 11 April 2022 awal pekan depan.
Sejumlah pentolan para pihak yang selama ini berseberangan dengan Pemerintah Jokowi beberapa hari belakangan mulai memainkan isu menurunkan Jokowi dengan berbagai tagar di media sosial.
Padahal si empunya hajat unjuk rasa akbar 11 April para mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) seperti dilansir Kompas.com tak mengagendakan tuntutan agar Jokowi mundur dari jabatannya sebagai Presiden.
"Di sini kami bukan untuk menggulingkan (Jokowi), kami tegas bahwa mahasiswa berdiri tegak sebagai oposisi, sebagai pengawas dan pengontrol kebijakan pemerintah, karena hari ini oposisi itu lemah," ujar Koordinator Media BEM-SI Lutfhi Yufrizal.
Mereka membantah telah merilis poster aksi yang menuntut Jokowi mundur dari jabatannya.
Padahal di media sosial banyak sekali gambar-gambar yang menuliskan dengan jelas yang menuntut Jokowi untuk mundur dari kursi presiden.
Jika demikian, memang ada pihak yang menunggangi aksi unjuk rasa Mahasiswa tersebut untuk agenda kelompok politik tertentu.