Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Bukan Negara Kaya Minyak Lagi, Jadi Wajar Saja Jika Harga BBM Naik

3 April 2022   07:02 Diperbarui: 3 April 2022   08:42 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naiknya harga salah satu jenis BBM non-subsidi RON 92 bermerk dagang Pertamax tak terhindarkan. Invasi Rusia ke Ukraina mendongkrak harga minyak mentah dunia ke level di atas US$ 100 per barel.

Tak ada pilihan lain bagi Pertamina selain menaikan harga jual Pertamax menjadi Rp. 12.500- Rp 13.500 per liter mulai 1 April 2022.

Dari sebelumnya Rp.9.000 hingga Rp. 9.500 per liter. Pertamina mengklaim bahwa harga tersebut masih jauh di bawah harga keekonomiannya yang sebesar Rp. 16.000 per liter.

Sebenarnya untuk jenis Pertamax ini besaran harganya memang turun naik sesuai harga pasar tak seperti pertalite yang dipatok di harga Rp. 7.650 per liter.

Untung saja pemerintah melalui Pertamina masih belum melepas secara penuh harga Pertamax tersebut sesuai harga keekonomiannya.

Ya, bagaimana lagi Indonesia sekarang ini merupakan net impotir minyak. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar, kini sebagian besar harus mengandalkan impor.

Oleh sebab itu harga BBM menjadi sensitif terhadap harga minyak mentah dunia

Betul memang   Indonesia masih memiliki ladang minyak bumi, tetapi produksinya terus menurun. Sementara konsumsinya terus meningkat.

Dari kapasitas operasional kilang sekitar 800 ribu barel per hari (bph), produksi minyak mentah dalam negeri hanya sekitar 660 ribu bph.

Oleh karenanya terpaksa kita harus impor minyak mentah untuk diolah di kilang minyak dalam negeri  maupun produk olahannya seperti BBM

Menurut data Badan pusat Statistik, per Desember 2021 impor minyak  mentah Indonesia mencapai 4,42 juta ton sepanjang Januari- Desember 2021.

Impor minyak mentah Indonesia kebanyakan dari Arab Saudi, selain dari Nigeria, Gabon, Angola, dan Aljazair.

Kondisi ini sudah terjadi sejak tahun 2003, jadi sebenarnya mindset Indonesia sebagai negara kaya minyak harus mulai dirubah.

Jangan terjebak jargon-jargon yang seolah-olah Indonesia itu kaya minyak, oleh karenanya  BBM harus terus berharga rendah.

Subsidi BBM tak bisa terus menerus diberikan karena akhirnya akan membuat struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja  Negara (APBN) menjadi tidak sehat.

Pemerintah memang kini tengah berusaha terus mewujudkan target pencapaian produksi 1 juta barel per hari.

Namun, hingga saat ini target tersebut belum juga terpenuhi. Cadangan minyak terbukti yang dimiliki Indonesia menurut catatan SKK Migas per 31 Desember 2021 tinggal 2,36 miliar barel, menurun dibandingkan awal 2020 yang sebanyak 2,44 miliar barel.

Dengan asumsi produksi minyak 700 bph, artinya cadangan minyak terbukti yang dimiliki Indonesia hanya cukup untuk 9,2 tahun saja.

Mari kita renungkan hal tersebut, Indonesia bukan negara kaya minyak lagi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun